SURIAH (Arrahmah.id) – Tentara pendudukan “Israel” kembali mengebom Suriah, mengklaim telah menewaskan seorang anggota Hamas dalam sebuah serangan udara di bagian selatan negara itu, dalam serangan terbaru dari serangkaian serangannya di Suriah setelah penggulingan mantan Presiden Bashar al-Assad Desember lalu.
Dalam sebuah pernyataan di Telegram pada Ahad pagi (8/6/2025), tentara “Israel” mengatakan bahwa mereka telah menyerang orang yang diduga anggota Hamas di daerah Mazraat Beit Jin.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa satu orang tewas dan dua lainnya terluka dalam serangan “Israel” yang menargetkan sebuah kendaraan di kota yang dekat dengan zona penyangga yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lansir Al Jazeera.
Hamas belum mengomentari kematian anggotanya.
SOHR mengatakan “Israel” telah melakukan 61 serangan -51 serangan udara dan 10 serangan darat- di Suriah sepanjang tahun ini.
Sementara itu, dua roket yang diluncurkan dari Suriah menargetkan “Israel” pada awal pekan ini, yang pertama kali terjadi sejak jatuhnya al-Assad.
Dua kelompok mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Kelompok pertama, bernama “Brigade Martir Mohammed Deif”, adalah kelompok yang tidak begitu dikenal yang dinamai sesuai dengan nama komandan militer Hamas yang terbunuh tahun lalu. Kelompok kedua yang kurang dikenal, “Front Perlawanan Islam di Suriah”, menyerukan aksi melawan “Israel” dari Suriah selatan beberapa bulan yang lalu.
“Israel” menyerang Suriah selatan tidak lama setelah itu, dengan Menteri Pertahanan “Israel” Katz mengatakan bahwa ia menganggap Suriah “bertanggung jawab secara langsung”.
Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani mengutuk serangan “Israel” dan menyebutnya sebagai “provokasi terkoordinasi yang bertujuan untuk merusak kemajuan dan stabilitas Suriah”.
“Tindakan-tindakan ini menciptakan celah bagi kelompok-kelompok terlarang untuk mengeksploitasi kekacauan yang terjadi,” katanya, seraya menambahkan, “Suriah telah menjelaskan maksudnya: kami tidak mencari perang, tetapi lebih kepada rekonstruksi.”
Suriah dan Israel baru-baru ini terlibat dalam pembicaraan tidak langsung untuk meredakan ketegangan, sebuah perkembangan yang signifikan dalam hubungan antara negara-negara yang telah berada di sisi berlawanan dari konflik di Timur Tengah selama beberapa dekade. (haninmazaya/arrahmah.id)