KABUL (Arrahmah.id) – Beberapa petani di Afghanistan yang telah berinvestasi dalam membudidayakan tanaman hing mengeluhkan penurunan tajam pada harga pasarnya.
Menurut mereka, karena kurangnya pasar yang sesuai, harga hing per kilogram turun dari 25.000 afghani menjadi hanya 7.000 afghani, menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi para petani.
Abdulhai, salah satu petani, mengatakan: “Kami menanam hing dengan harapan harga jual yang bagus, tetapi tahun ini harganya turun drastis. Sekarang, mereka membelinya seharga 3.000 hingga 4.000 afghani per kilogram, yang tidak hanya tidak menguntungkan tetapi juga menyebabkan kerugian bagi kami.”
Abdul Ahmad, petani lainnya, menambahkan: “Kami membudidayakan produk ini dengan harapan mendapatkan mata pencaharian yang halal. Tahun lalu, harganya antara 20.000 hingga 25.000 afghani, tetapi tahun ini harganya turun menjadi 7.000 hingga 8.000 afghani.”
Beberapa petani lainnya meminta pihak berwenang Imarah Islam Afghanistan untuk membangun pasar domestik dan internasional untuk tanaman yang berharga ini, lansir Tolo News (8/2/2025).
Ghulam Nabi, seorang petani, mengatakan: “Kami meminta pemerintah untuk menandatangani perjanjian perdagangan untuk hing, karena memiliki permintaan yang tinggi di pasar global.”
Nasim, seorang petani lainnya, juga mengatakan: “Kami meminta pemerintah untuk menemukan pasar luar negeri untuk hing agar kami tidak mengalami kerugian dan dapat memperoleh mata pencaharian yang halal darinya.”
Kementerian Pertanian menganggap peningkatan produksi Hing sebagai salah satu alasan utama penurunan harga dan mengatakan bahwa upaya-upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan akses pasarnya.
Misbahuddin Mustaeen, juru bicara Kementerian Pertanian, Irigasi, dan Peternakan, mengatakan: “Secara global, produksi hing telah meningkat, yang menyebabkan penurunan harga. Bukan berarti bahwa jika hing mahal di negara tetangga, produk kita harus tetap murah. Kami bekerja untuk mengamankan posisi yang lebih baik untuk produk ini di pasar global.”
Hing, yang digunakan dalam industri farmasi dan makanan, terutama dibudidayakan di Afghanistan utara dan memiliki banyak penggemar di seluruh dunia karena sifatnya yang unik.
Tanaman yang berharga ini telah diperkenalkan oleh Kementerian Pertanian, Pengairan, dan Peternakan sebagai alternatif dari budidaya opium poppy, tetapi penurunan harganya telah menimbulkan kekhawatiran di antara para produsen. (haninmazaya/arrahmah.id)