TEHRAN (Arrahmah.id) – Serangan besar-besaran yang dilancarkan “Israel” ke sejumlah fasilitas vital di Iran pada Jumat (13/6) menimbulkan pertanyaan tajam: apakah Tel Aviv hanya ingin menghancurkan program nuklir Iran, atau berambisi menjatuhkan rezimnya?
Pengamat urusan “Israel”, Dr. Muhannad Mustafa, menyatakan bahwa tujuan utama Tel Aviv tak lagi sebatas menargetkan proyek nuklir Teheran, melainkan bagian dari strategi lebih besar untuk “melemahkan dan akhirnya menumbangkan rezim Iran.”
“Kalau benar hanya ingin menghentikan program nuklir, tentu mereka cukup menyerang fasilitas nuklir saja. Tapi serangan ini jauh lebih luas,” ujar Mustafa kepada Aljazeera.
Menurutnya, “Israel” kini ingin meruntuhkan wibawa politik dan militer Iran, baik di dalam negeri maupun di kawasan. Hal ini, menurutnya, adalah kelanjutan dari serangkaian upaya melemahkan “poros Iran” di Timur Tengah selama dua tahun terakhir.
Mustafa bahkan menyamakan strategi ini dengan cara “Israel” menyerang Hizbullah di Lebanon, yaitu dimulai dengan memburu tokoh-tokoh elite dan kemudian menghantam pusat kekuatan utama secara bertahap.
“Setelah 7 Oktober 2023, ‘Israel’ mengubah taktiknya. Kini mereka lebih dulu menyerang cabang, baru memukul pusatnya,” kata Mustafa.
Ia meyakini bahwa Tel Aviv siap membayar harga atas serangan ini, karena menganggapnya sepadan dengan ambisi jangka panjang menghapus ancaman strategis dan eksistensial dari Iran.
Mustafa juga menyebut Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu telah lama menanti momen seperti ini.
“Netanyahu akhirnya wujudkan bagian dari ambisi politik dan historisnya lewat operasi militer ini,” ujarnya.
Serangan Besar, 20 Jenderal Iran Gugur
Dalam pernyataan resmi, “Israel” mengaku menyerang berbagai target strategis di Iran, termasuk fasilitas nuklir, pabrik rudal balistik, sistem pertahanan udara, serta tokoh militer senior.
Perdana Menteri Netanyahu menyebut serangan ini sebagai “momen bersejarah”, dan Menteri Pertahanan Yisrael Katz menegaskan bahwa militer “Israel” “berhasil menyerang para pemimpin Garda Revolusi, tentara, intelijen, dan ilmuwan nuklir Iran.”
Menurut laporan Reuters yang mengutip sumber intelijen, sekitar 20 jenderal militer senior Iran tewas, termasuk:
- Jenderal Muhammad Baqeri – Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran
- Jenderal Hussein Salami – Panglima Garda Revolusi Iran
Serangan ini disebut Tel Aviv sebagai “awal dari operasi panjang untuk menggagalkan ambisi nuklir Iran.”
(Samirmusa/arrahmah.id)