DOHA (Arrahmah.id) – Pakar militer dan strategi asal Yordania, Mayor Jenderal (Purn.) Fayez ad-Duwayri, menyatakan bahwa serangan beruntun “Israel” terhadap para komandan militer Iran mengindikasikan adanya celah keamanan serius yang belum mampu ditutup oleh Teheran. Ia memperingatkan bahwa pola pembunuhan semacam ini akan mengacaukan sistem komando dan kendali dalam tubuh militer Iran.
Dalam analisis militernya di saluran Aljazeera, Duwayri menyoroti bahwa terbunuhnya Kepala Staf Perang baru Iran hanya 56 jam setelah dilantik menunjukkan bahwa Iran belum mengambil tindakan pencegahan serius untuk melindungi para pemimpinnya. Ia menambahkan, kelemahan ini tidak hanya terbatas pada teknologi atau spionase, tetapi juga mencakup penyusupan manusia dan struktur internal yang longgar.
Militer “Israel” pada Selasa (17/6) mengklaim telah membunuh Jenderal Ali Shadmani, yang baru saja diangkat sebagai Kepala Staf Perang militer Iran, melalui serangan udara terhadap markas di jantung ibu kota Teheran. Operasi ini dilakukan bersamaan dengan gelombang rudal yang diluncurkan Iran ke arah wilayah pendudukan.
Ketidakstabilan Komando Iran
Duwayri menegaskan bahwa tidak logis jika pimpinan tertinggi militer Iran terus berganti setiap 48 jam, karena hal itu akan menyebabkan kekacauan struktural dalam proses pengambilan keputusan militer, terutama di tengah eskalasi konflik regional yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ia juga menyoroti bahwa pejabat militer pada level sensitif semacam itu seharusnya ditempatkan di lokasi yang benar-benar aman dan tidak menggunakan media komunikasi yang dapat dilacak. Menurutnya, sangat berbahaya jika seorang Kepala Staf bisa menjadi target terbuka bagi lawan yang memiliki kecanggihan teknologi dan intelijen seperti “Israel”.
Duwayri menekankan bahwa jabatan Kepala Staf membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memahami seluruh sistem—dari operasi, intelijen, hingga logistik dan pengelolaan sumber daya. Oleh karena itu, pergantian cepat dalam posisi strategis ini justru akan semakin melemahkan struktur komando militer Iran.
Pesan-Pesan Strategis dari “Israel”
Menurut Duwayri, serangan-serangan yang dilakukan “Israel” membawa pesan berlapis. Pertama, menunjukkan betapa dalamnya penetrasi intelijen Zionis ke tubuh pertahanan Iran. Kedua, memberikan tamparan psikologis kepada jajaran komando tinggi Iran bahwa tidak ada seorang pun yang aman dari target pembunuhan, tak peduli sejauh apa jabatannya.
Ia menambahkan bahwa serangan-serangan ini tidak hanya bersifat taktis militer, tetapi juga bertujuan untuk melumpuhkan “otak” militer Iran. Setiap pengambilan keputusan strategis kini berada dalam bayang-bayang paranoia dan ancaman, yang pada akhirnya akan mengganggu respons dan efektivitas perlawanan Iran.
Duwayri menegaskan bahwa pola eskalasi seperti ini tidak bisa dibiarkan tanpa kesiapan menghadapi dampak psikologisnya. Oleh karena itu, Iran harus segera mengembangkan sistem perlindungan tingkat tinggi bagi tokoh-tokoh militer, politik, dan ilmuwannya melalui “tirai besi” yang menjamin keamanan operasional mereka dari ancaman pembunuhan harian.
Militer Zionis sebelumnya menyatakan bahwa Jenderal Ali Shadmani merupakan tokoh militer terdekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, serta memimpin Pasukan Khusus Khâtam al-Anbiya yang bertanggung jawab atas strategi pertempuran dan komando peluncuran serangan.
(Samirmusa/arrahmah id)