WASHINGTON (Arrahmah.id) – Pete Hegseth, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, menyatakan bahwa Washington tidak akan lagi mengulangi kesalahan dengan terlibat dalam perang “tanpa tujuan” seperti yang terjadi di Afganistan dan Irak.
Berbicara pada acara tahunan Shangri-La Security Dialogue di Singapura, ia menekankan bahwa Amerika Serikat telah beralih dari pendekatan ini.
Menteri Pertahanan mengatakan: “Kami menjadi terganggu oleh perang terbuka, perubahan rezim, dan pembangunan bangsa. Saya duduk di barisan depan sebagai tentara di Irak dan Afghanistan. Pengalihan yang mahal ini tidak memiliki tujuan yang jelas dan tidak terkait dengan kepentingan vital dan inti Amerika. Presiden Trump sedang mengubahnya. Kami tidak akan membuat kesalahan yang sama. Tidak untuk generasi ini dan tidak sekarang. Kita sudah selesai dengan pendekatan itu.”
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump, berbicara dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih, sekali lagi menyebut penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan sebagai hal yang “memalukan”, lansir Tolo News (31/5/2025).
Trump mengatakan bahwa dengan keluarnya Amerika dari Afghanistan pada 2021, peralatan militer senilai miliaran dolar akan ditinggalkan.
“Kami memiliki rasa malu di Afghanistan, di mana kami menyerahkan miliaran dan miliaran dolar peralatan militer -momen paling memalukan dalam sejarah negara kami, saya yakin,” kata Trump dalam sebuah konferensi pers dengan pengusaha teknologi Elon Musk.
Beberapa analis politik mengatakan bahwa Washington sekarang condong ke arah pendekatan yang lebih pragmatis mengenai Afghanistan.
Mohammad Aslam Danishmal, seorang profesor dari sebuah universitas, mengatakan: “Ketidakpercayaan Amerika Serikat terhadap pemerintah sementara sekarang menjadi signifikan. Amerika mencoba untuk bertindak berdasarkan menjaga kepentingannya. Pemerintah sementara harus berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang kepentingan regional Amerika.”
Sebelumnya, Trump telah berulang kali mengkritik strategi militer AS, dengan menyatakan bahwa selama dua dekade terakhir, di bawah panji misi pembangunan bangsa, militer telah dikerahkan ke negara-negara di mana tidak ada kebutuhan nyata akan kehadiran Amerika. (haninmazaya/arrahmah.id)