WASHINGTON (Arrahmah.id) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjamu Panglima Angkatan Bersenjata Pakistan, Jenderal Asim Munir, dalam sebuah pertemuan yang tak lazim di Gedung Putih pada Rabu (19/6), tanpa didampingi pejabat sipil senior dari pihak Pakistan.
Ini merupakan kali pertama seorang presiden AS mengundang seorang panglima militer Pakistan ke Gedung Putih dalam suasana resmi, tanpa keterlibatan otoritas sipil. Pertemuan tersebut dinilai sebagai sinyal kuat perbaikan hubungan antara kedua negara, yang sebelumnya mengalami ketegangan selama masa kepemimpinan Trump dan Presiden Joe Biden karena keduanya cenderung mempererat aliansi strategis dengan India dalam upaya menghadang pengaruh China.
Dikutip dari Reuters, sejumlah pejabat dan pengamat Pakistan menyebut bahwa Munir diperkirakan akan menekan Trump agar tidak melibatkan AS dalam perang mendukung “Israel” melawan Iran, serta mendorong tercapainya gencatan senjata. Diketahui, Kedutaan Besar Pakistan di Washington saat ini juga mewakili kepentingan diplomatik Iran di Amerika Serikat.
Trump sebelumnya mengklaim bahwa India dan Pakistan telah menyepakati gencatan senjata usai mediasi AS, menyusul bentrokan selama empat hari pada Mei lalu. Ia menyebut kedua negara bersenjata nuklir itu akhirnya mengalihkan fokus pada perdagangan, bukan konflik bersenjata.
Namun, Menteri Luar Negeri India Vikram Misri membantah pernyataan Trump. Ia menyampaikan bahwa kesepakatan gencatan senjata antara India dan Pakistan terjadi melalui komunikasi langsung antara militer kedua negara, tanpa campur tangan pihak ketiga.
Meski Pakistan mengucapkan terima kasih kepada Washington atas perannya, India secara tegas menolak adanya mediasi asing.
Masih menurut laporan Reuters, konflik terbaru antara kedua negara pecah setelah serangan pada 22 April di wilayah Kashmir yang diduduki India, menewaskan sedikitnya 26 orang, mayoritas wisatawan. New Delhi menuding pelaku serangan adalah “teroris” yang didukung Pakistan—klaim yang segera dibantah oleh Islamabad.
(Samirmusa/arrahmah.id)