GAZA (Arrahmah.id) – Pasukan pendudukan ‘Israel’ mengumumkan pada Sabtu (28/6/2025) bahwa mereka telah membunuh Hakam al-Issa, yang dikenal dengan julukan “Abu Umar al-Suri”, dalam serangan udara yang menargetkannya di Kota Gaza. Ia dituduh sebagai kepala divisi pelatihan dan pengembangan militer sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam.
Hakam al-Issa lahir di Kuwait pada 1967 dan berasal dari desa Ramin, di distrik Tulkarem, Tepi Barat utara. Ia menempuh pendidikan tinggi di Kota Bhopal, negara bagian Madhya Pradesh, India. Dari sanalah perjalanannya di dunia perlawanan dimulai, dimulai dengan pelatihan militer di Khuzestan, Iran, kemudian melintasi berbagai medan perlawanan seperti Chechnya, Suriah, Lebanon, hingga akhirnya menetap di Gaza setelah ‘Israel’ menarik diri dari permukiman di wilayah itu pada 2005.
Sesampainya di Gaza, al-Issa memulai kiprahnya bersama Brigade al-Qassam sebagai instruktur pelatihan militer. Ia berperan penting dalam mendirikan akademi militer di Gaza, hingga dikenal di kalangan pejuang dengan nama panggilan “Abu al-Mawaqi’” (Bapak Lokasi Pelatihan).
Sosok di Balik Layar
Meski perannya sangat besar dalam tubuh militer al-Qassam dan pernah menduduki banyak posisi penting, Hakam al-Issa tidak pernah muncul ke publik. Ia lebih memilih bekerja dalam diam, menggunakan nama samaran seperti Abu Mahmud, Abu Imad, dan Abu Umar, untuk menjaga kerahasiaan identitasnya.
Menurut sumber internal Brigade al-Qassam, sejak masuk ke Gaza hampir dua dekade lalu, al-Issa membawa serta ilmu dan pemikiran militer yang mendalam. Ia menjadi salah satu tokoh yang paling dipercayai oleh komandan tertinggi al-Qassam, Mohammad Deif, dan anggota dewan militer lainnya.
Ia dianggap sebagai sosok yang membantu mendorong transformasi signifikan dalam struktur dan kapabilitas militer Hamas, terutama dalam hal perencanaan, pelatihan, dan pengembangan sistem persenjataan. Ia menjadi pionir dalam membangun sistem pelatihan militer terpadu, memperluas spesialisasi per divisi, dan mendirikan akademi militer internal.
Di antara posisi strategis yang pernah dipegang al-Issa:
-
Kepala Divisi Pelatihan Terpusat di seluruh Jalur Gaza
-
Pendiri dan komandan Pasukan Pertahanan Udara Hamas
-
Penanggung jawab utama pengembangan senjata
-
Anggota Komite Pusat Perencanaan Pertahanan dan Strategi Perang
Setelah agresi ‘Israel’ pada 2014 (dikenal sebagai Operation Protective Edge atau A’saf al-Ma’kul), al-Issa ditunjuk memimpin Divisi Intelijen dan Operasi, sebelum kemudian menjadi kepala pelatihan al-Qassam dan anggota dewan militer tertinggi.
Ia juga menjadi otoritas utama dalam pembentukan metodologi pengambilan keputusan militer yang profesional, serta meningkatkan kesiapan tempur pasukan dalam skala besar. Ia terlibat langsung dalam menyusun strategi pertahanan dan ofensif pada setiap pertempuran besar hingga peristiwa besar terakhir: Operasi Banjir Al-Aqsha (7 Oktober 2023).
Arsitek “Badai Al-Aqsa”
Selama bertahun-tahun, Hakam al-Issa, atau “Abu Umar al-Suri,” hidup dalam kesederhanaan dan kerahasiaan, tinggal di ruangan kecil karena alasan keamanan, jauh dari sorotan publik, dan mendedikasikan seluruh waktunya untuk melatih para pejuang serta menyusun rencana-rencana militer.
Ia dikenal luas sebagai arsitek di balik serangan besar Hamas pada 7 Oktober 2023, yang disebut sebagai Badai Al-Aqsha, yang mengguncang fondasi pertahanan ‘Israel’.
Al-Issa juga dikenal dengan komitmennya yang luar biasa. Ia menolak meninggalkan Gaza meskipun situasi memburuk, dan sempat berkata kepada orang terdekatnya: “Aku tidak akan keluar dari Gaza setelah masuk ke dalamnya bersama istri dan anak-anakku, kecuali untuk membebaskan Tepi Barat atau ke surga yang tertinggi.”
Selama agresi darat ‘Israel’ ke Gaza, ia tetap berada di medan pertempuran, merancang strategi penyergapan, menghadapi pasukan pendudukan, dan merasakan sendiri kelaparan dan pengepungan di Gaza utara.
Hingga akhirnya, pada usia 58 tahun, ia gugur bersama istrinya dan cucunya dalam serangan udara ‘Israel’ yang menargetkan rumah mereka di Kota Gaza pada Sabtu malam, 28 Juni 2025. (zarahamala/arrahmah.id)