DAMASKUS (Arrahmah.id) — Kelompok Saraya Ansar al-Sunnah mengaku bertanggung jawab atas pengeboman bunuh diri Gereja Saint Elias di Damaskus yang menewaskan 25 orang dan melukai 60-an lainnya.
Namun, dilansir North Press Agency (25/6/2025), pemerintah Suriah bersikeras kelompok yang baru dibentuk pada 1 Februari 2025 di Suriah oleh Abu Aisha al-Shami ini merupakan bagian dari kelompok militan Islamic State (ISIS).
Dalam pernyataannya, mereka mengatakan seorang anggotanya meledakkan Gereja Saint Elias di lingkungan Dwelaa di Damaskus.
“Serangan itu terjadi setelah provokasi,” kata mereka tanpa menjelaskan secara spesifik provokasi yang dimaksud.
Pemerintah Suriah, yang baru berkuasa setelah menggulingkan Bashar al Assad pada Desember 2024 lalu, dengan cepat menuduh ISIS sebagai otak serangan.
“Saraya Ansar al Sunnah tidak independen, karena mengikuti ISIS,” katanya, dikutip dari AFP (26/6).
Pemerintah juga mengumumkan sejumlah penangkapan dalam operasi keamanan terhadap sel-sel yang terafiliasi dengan ISIS.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Nureddine al-Baba, mengatakan penyerang gereja bukan orang Suriah, tanpa menyebutkan kewarganegaraannya.
Baba mengatakan, pelaku datang ke Damaskus dengan pengebom bunuh diri lainnya dari kamp al-Hol yang menampung orang-orang terlantar dan kerabat anggota ISIS.
Namun, dalam pernyataan yang dikirim lewat Telegram, Saraya Ansar al Sunnah mengatakan kronologi serangan versi pemerintah tidak benar dan dibuat-buat.
Sementara itu, analis dan peneliti asal Suriah, Aymenn Jawad al-Tamimi, mengatakan, seperti dilansir Washington Institute (25/6), bahwa Saraya Ansar al-Sunna bisa jadi pecahan pro-ISIS yang berasal dari pembelot di kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir Sham (HTS) dan fraksi-fraksi lain yang kecewa atas kepemimpinan Presiden Ahmad asy Syaraa.
“Tapi saat ini beroperasi independen dari ISIS,” kata Tamimi.
Al Tamimi juga menambahkan bahwa pimpinan Saraya Ansar al Sunnah termasuk mantan anggota kelompok militan Hurras al-Din, afiliasi Al Qaeda, yang pada Januari lalu mengumumkan pembubaran kelompoknya atas perintah pemerintah baru.
Abu Aisha al Shami, pemimpin kelompok ini, keluar dari HTS setelah menganggap bahwa mantan pimpinannya yaitu Ahmad asy Syaraa bersikap lunak terhadap Syiah dan Alawi.
Pasca pembentukannya, kelompik ini telah melakukan serangan ke sejumlah warga Syiah dan Alawi di wilayah Hama. (hanoum/arrahmah.id)