IDLIB (Arrahmah.id) — Seorang warga negara Irak yang menjabat sebagai pendeta di kuil Syiah di desa Kaftin di provinsi Idlib, Suriah, dibunuh oleh orang-orang bersenjata tak dikenal pada hari Sabtu (28/6/2025), sumber-sumber lokal melaporkan.
Serangan itu menandai yang terbaru dari serangkaian pembunuhan yang ditargetkan di wilayah tersebut, yang meningkatkan kekhawatiran atas memburuknya situasi keamanan di Suriah barat laut.
Dilansir Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) (28/6), korban ditembak mati di depan rumahnya oleh penyerang yang mengendarai sepeda motor, yang segera melarikan diri dari tempat kejadian. Identitas pelaku masih belum diketahui, dan tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Pembunuhan ini menyusul insiden serupa pada tanggal 8 Juni, ketika seorang warga Syiah lainnya, “Abu Aisha al-Iraqi,” ditembak mati oleh dua orang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor di desa Azmarin di Idlib barat.
Pada bulan Maret, “Abu Khalid al-Iraqi al-Samarrai,” juga seorang warga negara syiah Irak, dibunuh di pedesaan Idlib. Sebelumnya, ia dikaitkan dengan sebuah faksi bersenjata lokal tetapi dilaporkan telah menarik diri dari kegiatan militer sebelum kematiannya.
Pembunuhan berulang kali—terutama yang menargetkan warga negara Syiah Irak—telah menimbulkan kekhawatiran atas lanskap keamanan yang terfragmentasi di Idlib. Para pengamat mencatat bahwa penggunaan penyerang yang mengendarai sepeda motor secara konsisten dan tidak adanya klaim tanggung jawab menunjukkan operasi yang terkoordinasi dan terarah.
Meskipun afiliasi pasti korban terakhir belum diungkapkan, laporan menunjukkan bahwa ia adalah mantan anggota kelompok bersenjata lokal yang telah pensiun.
Pemerintah setempat belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai insiden tersebut. Investigasi masih berlangsung di tengah meningkatnya ketakutan akan serangan lebih lanjut di wilayah tersebut.
Analis dan peneliti asal Suriah, Aymenn Jawad al-Tamimi, mengatakan, seperti dilansir Washington Institute (25/6), bahwa Saraya Ansar al-Sunna bisa jadi pecahan pro-ISIS yang berasal dari pembelot di kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir Sham (HTS) dan fraksi-fraksi lain yang kecewa atas kepemimpinan Presiden Ahmad asy Syaraa kerap melakukan operasi pembunuhan terhadap Syiah dan Alawi.
Al Tamimi juga menambahkan bahwa pimpinan Saraya Ansar al Sunnah termasuk mantan anggota kelompok militan Hurras al-Din, afiliasi Al Qaeda, yang pada Januari lalu mengumumkan pembubaran kelompoknya atas perintah pemerintah baru.
Abu Aisha al Shami, pemimpin kelompok ini, keluar dari HTS setelah menganggap bahwa mantan pimpinannya yaitu Ahmad asy Syaraa bersikap lunak terhadap Syiah dan Alawi. (hanoum/arrahmah.id)