GAZA (Arrahmah.id) – Dalam waktu 24 jam, pasukan ‘Israel’ membunuh tujuh warga sipil Palestina saat mereka berusaha mengakses bantuan pangan di Gaza selatan, menurut laporan Euro-Med Human Rights Monitor yang dirilis Rabu (29/5/2025). Di antara korban terdapat seorang perempuan dan seorang anak-anak. Setidaknya 15 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.
Organisasi tersebut mengungkap bahwa militer ‘Israel’ secara sistematis mengarahkan warga Palestina yang kelaparan menuju titik-titik distribusi bantuan di Rafah, namun setelah sampai di lokasi, mereka justru menjadi sasaran tembakan dan serangan artileri. Euro-Med menyebut tindakan ini sebagai upaya menjadikan bantuan pangan sebagai “senjata perang”.
Menurut laporan tersebut, pasukan ‘Israel’ menyuruh warga Palestina menuju titik distribusi di wilayah “Morag” di utara Rafah. Di sana, sebagian kecil warga diizinkan menerima bantuan dengan kondisi yang sangat merendahkan. Sebagian lainnya justru ditembak dan dibunuh di tempat.
Keenam warga Palestina yang tewas pada 28 Mei diidentifikasi sebagai Kifah Odeh Al-Sawarka, Zuhair Zuwaid Al-Shaer, Mohammad Emad Abdelhadi, Khalil Anwar Khalil Abu Mousa, saudara laki-lakinya Ashraf Anwar Khalil Abu Mousa, serta anak dari Ashraf, yakni Khalil Ashraf Abu Mousa. Satu korban lainnya, Salem Atta Salem Abu Mousa, meninggal karena luka yang dideritanya dalam insiden serupa sehari sebelumnya di Tel Al-Sultan, Rafah, yang juga menyebabkan 50 orang luka-luka. Tujuh orang dilaporkan hilang, dan dua di antaranya dikhawatirkan telah meninggal.
Euro-Med menyatakan bahwa militer ‘Israel’ menggunakan pesan teks untuk memanggil warga ke titik distribusi. Namun, sesampainya di lokasi, warga justru dihadapkan pada penghinaan dan kekerasan. Pusat distribusi di Morag dijaga ketat, terletak di wilayah berbahaya, dan tidak memiliki jalur aman untuk keluar masuk.
Laporan lapangan juga mendokumentasikan ratusan warga sipil yang berkumpul di wilayah Qizan Abu Rashwan, Khan Younis selatan, saat hendak menuju Morag. Di tengah perjalanan, mereka ditembaki oleh pasukan ‘Israel’, menyebabkan korban jiwa dan luka-luka.
Proses distribusi bantuan digambarkan sangat merendahkan martabat manusia. Warga harus berjalan jauh ke area berpagar, di bawah pengawasan ketat. Setibanya di dalam, mereka digiring melewati lorong-lorong sempit untuk menerima paket bantuan yang isinya pun sangat terbatas.
Paket bantuan tersebut bahkan tidak mencukupi kebutuhan nutrisi dasar, terutama untuk anak-anak, tidak ada susu, makanan terapeutik, atau kebutuhan penting lainnya. “Paket-paket ini lebih mirip alat propaganda daripada bantuan kemanusiaan sejati,” kritik Euro-Med.
Lebih lanjut, Euro-Med mengungkap bahwa sistem distribusi bantuan ini dikendalikan oleh perusahaan asal AS yang dibentuk oleh Israel dan dijaga oleh perusahaan keamanan swasta dari Israel dan Amerika. Struktur ini dinilai bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan lebih melayani kepentingan politik serta militer ketimbang menyelamatkan nyawa.
Saat ini, ribuan warga Palestina yang putus asa terus diarahkan ke titik-titik bantuan di Gaza tengah dan selatan. Euro-Med menilai hal ini sebagai bagian dari strategi ‘Israel’ untuk memindahkan paksa penduduk Gaza utara sekaligus mengendalikan penuh pasokan pangan di wilayah tersebut.
Organisasi itu menegaskan bahwa mekanisme distribusi bantuan yang diterapkan Israel bukanlah bantuan kemanusiaan, melainkan alat sistematis untuk memaksa kelaparan dan pengusiran paksa. Euro-Med juga mengecam komunitas internasional karena membiarkan ‘Israel’ mengendalikan bantuan sambil terus melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Euro-Med menyerukan penghentian segera terhadap sistem distribusi bantuan yang dikelola ‘Israel’, dan menuntut pengembalian kepada mekanisme yang sebelumnya dikelola oleh PBB. Mereka juga mendesak negara-negara dunia untuk menekan Israel agar membuka akses bantuan kemanusiaan secara aman dan tanpa batas ke Gaza.
Laporan tersebut menutup dengan peringatan keras bahwa negara atau kelompok mana pun yang mendukung sistem distribusi saat ini berarti ikut bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Palestina. Euro-Med menyerukan sanksi global terhadap Israel, termasuk embargo senjata, pembekuan aset, dan pelarangan terhadap perusahaan militer ‘Israel’ .
“Ini bukan respons kemanusiaan,” tegas Euro-Med. “Ini adalah kelanjutan dari kebijakan sistematis untuk membuat rakyat Palestina kelaparan, dihina, dan dihapus dari peta.” (zarahamala/arrahmah.id)