Oleh: Alaauddin Khidr
(Arrahmah.id) – Ukraina pada Ahad kemarin melancarkan salah satu serangan terbesar sejak pecahnya perang dengan Rusia. Serangan ini menargetkan pesawat pengebom jarak jauh Rusia yang memiliki kemampuan nuklir di wilayah Siberia dan sejumlah pangkalan militer lainnya, mengakibatkan kerusakan besar dan kerugian materiil yang sangat besar.
Apa yang sebenarnya terjadi dalam serangan “Jaring Laba-Laba” yang digambarkan sebagai salah satu serangan paling dahsyat, dan yang menyebabkan kerugian Rusia hingga sekitar 7 miliar dolar hanya dalam hitungan menit dengan senjata murah?
Bagaimana Serangan Itu Terjadi?
Ukraina menggunakan pesawat nirawak (drone) ringan untuk menyerang pesawat pengebom jarak jauh Rusia yang mampu membawa hulu ledak nuklir di pangkalan militer di Siberia. Ini adalah serangan pertama dari jenisnya sejauh ini, karena garis pertempuran saat ini berada lebih dari 4.300 kilometer dari lokasi serangan.
Video dan gambar yang belum dapat diverifikasi dan beredar di media sosial memperlihatkan pesawat pengebom strategis Rusia—yang dirancang untuk menjatuhkan bom nuklir ke target-target jauh—terbakar di Pangkalan Udara Belaya di utara kota Irkutsk, setelah diserang puluhan drone Ukraina.
Dinas keamanan Ukraina menyatakan telah melancarkan “operasi khusus berskala besar” yang menargetkan empat pangkalan militer di seluruh Rusia.
Disebutkan bahwa sekitar 41 pesawat militer Rusia yang digunakan untuk membombardir kota-kota Ukraina berhasil diserang. Pesawat-pesawat itu termasuk pengebom strategis jenis Tu-95 dan Tu-22, serta pesawat radar jenis A-50.
Ukraina memang secara berkala melancarkan serangan drone ke wilayah dalam Rusia sejak perang meletus tiga tahun lalu, namun serangan kali ini tampaknya menggunakan metode operasi yang sangat berbeda.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa drone diluncurkan dari lokasi “yang sangat dekat” dengan pangkalan udara, yang berarti dari dalam wilayah Rusia sendiri. Serangan juga menargetkan pangkalan udara lain di Ivanovo, Ryazan, dan Amur—wilayah yang berbatasan langsung dengan Cina di ujung timur Rusia—namun berhasil dipatahkan.
Senjata Apa yang Digunakan?
Menurut sumber-sumber Ukraina, Kyiv berhasil menyelundupkan drone ke dalam wilayah Rusia, yang kemudian disembunyikan di dalam struktur kayu yang diletakkan di atap kontainer pengangkut. Kontainer ini dibuka dari jarak jauh untuk meluncurkan drone.
Video yang disiarkan oleh media Rusia, meski belum terverifikasi, menunjukkan drone-drone itu diluncurkan dari dalam truk.
Presiden Volodymyr Zelenskyy mengonfirmasi bahwa salah satu tempat perencanaan operasi ini berada di sebelah kantor Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB).
Operasi Ukraina yang diberi nama sandi “Jaring Laba-Laba” ini telah direncanakan selama lebih dari satu setengah tahun dan diawasi langsung oleh Zelenskyy, menurut sumber Ukraina.
Zelenskyy menyatakan bahwa serangan dilakukan dengan menggunakan 117 drone dan jumlah personel yang hampir sama, yang seluruhnya berhasil dievakuasi keluar dari wilayah Rusia tepat waktu.

Mengapa Moskow Gagal Mendeteksi Serangan?
Meskipun militer Rusia tidak mengungkapkan banyak rincian tentang serangan tersebut dan dampak kerugiannya, para blogger dan analis militer Rusia menyebut kejadian ini sebagai kegagalan intelijen besar-besaran.
Para blogger militer Rusia menggambarkan hari itu sebagai “hari tergelap dalam sejarah penerbangan Rusia“, menyusul kerugian besar yang dialami sejumlah pangkalan udara serta hancurnya sekitar 40 pesawat, termasuk pengebom strategis dengan nilai total sekitar 7 miliar dolar.
Saluran Telegram “Rybar” yang dekat dengan militer Rusia menyebut serangan ini sebagai “pukulan yang sangat telak” dan mengecam “kesalahan fatal” yang dilakukan oleh intelijen Rusia.
Di pihak lain, Zelenskyy dan sejumlah pejabat Ukraina menyambut hasil serangan ini sebagai sesuatu yang “sangat luar biasa” dan “layak dicatat dalam buku sejarah”.
Kerugian Apa yang Ditimbulkan?
Dinas Keamanan Ukraina pada Ahad menyatakan bahwa serangan drone yang mereka lakukan telah menyebabkan kerusakan pada armada udara militer Rusia dengan nilai kerugian sekitar 7 miliar dolar, dan mempengaruhi sekitar 34 persen dari total pesawat pengebom strategis Rusia yang digunakan untuk membawa rudal jelajah.
Pada Senin, pejabat Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Andriy Kovalenko, menyebut bahwa Ukraina telah menghancurkan sedikitnya 13 pesawat dalam serangan ke pangkalan udara Rusia tersebut. Sumber Ukraina lainnya menyatakan jumlah pesawat yang hancur atau rusak mencapai lebih dari 40 unit.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia hanya mengakui bahwa sejumlah pesawat terbakar akibat serangan drone di wilayah Murmansk dan Irkutsk—masing-masing terletak di Kutub Utara dan Siberia Timur Rusia—tanpa memberikan rincian tentang jumlah kerugian atau nilai kerusakan.

Apa Dampaknya?
Para pengamat memperkirakan bahwa respon Rusia akan keras dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap serangan Ukraina yang sangat mengejutkan ini, yang menargetkan pangkalan-pangkalan militer jauh dari garis depan. Namun hingga kini, Moskow belum menyampaikan pernyataan resmi terkait respons yang akan diambil.
Beberapa pihak di kalangan politik dan media Rusia membandingkan serangan pada Ahad itu—dengan target pesawat pengebom strategis Rusia—secara strategis dengan serangan Jepang ke Pearl Harbor yang mendorong AS masuk ke Perang Dunia II dan membalas dengan bom nuklir terhadap Jepang.
Sebagian analis juga menilai bahwa serangan tersebut menyentuh doktrin nuklir Rusia, yang telah dimodifikasi selama perang berlangsung. Karena yang diserang adalah pesawat pengebom strategis, maka secara doktrinal bisa memicu “respons nuklir dari Rusia”. Namun, hingga saat ini Moskow masih bungkam dan belum mengungkap kerugian atau respons yang direncanakan.
Meski demikian, Moskow tetap melanjutkan serangan udara harian ke wilayah Ukraina. Pada Ahad kemarin, Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa Rusia meluncurkan 472 drone dalam satu malam, jumlah tertinggi dalam satu malam sejak perang dimulai.
Pernyataan Angkatan Udara Ukraina juga menyebutkan bahwa Rusia meluncurkan 7 rudal dalam waktu bersamaan, dan bahwa pihak Ukraina berhasil menembak jatuh atau menetralkan 382 drone serta 3 rudal.
Mengapa Dilakukan Sekarang?
Serangan besar Ukraina ini terjadi di tengah upaya Amerika Serikat—yang dipimpin Presiden Donald Trump sejak Januari lalu—untuk mengakhiri perang antara Moskow dan Kyiv. Serangan juga berlangsung di tengah kemunduran militer Ukraina di beberapa front serta upaya Kyiv menggalang kembali dukungan dari negara-negara Barat.
Serangan ini juga terjadi sehari sebelum pertemuan antara pejabat Rusia dan Ukraina di Istanbul, Turki, untuk putaran kedua pembicaraan damai langsung sejak tahun 2022.
Para analis menilai bahwa waktu serangan Ukraina yang kuat dan belum pernah terjadi sebelumnya ini dimaksudkan untuk memperkuat posisi negosiasi di meja perundingan Istanbul. Sebab seperti diketahui, pihak yang berada di posisi kuat biasanya dapat memaksakan syaratnya ketika tiba waktunya untuk menghentikan perang atau menandatangani perjanjian damai.
Putaran pertama perundingan yang berlangsung pada 16 Mei lalu hanya menghasilkan pertukaran tawanan terbesar dalam sejarah perang, namun tidak membuahkan hasil berupa gencatan senjata atau kesepakatan damai. Kedua pihak hanya menyampaikan posisi dasar mereka dalam negosiasi.
Artikel ini diterjemahkan dari Aljazeera.net, berjudul dalam bahasa Arab: “الأوكرانيون يطاردون الطائرات الروسية على أرضها”, Arab Latin: “Al-ukrāniyyūna yuṭārdūna al-ṭā’irāt al-rūsiyya ʿalā ardhihā”, yang berarti dalam bahasa Indonesia: “Ukraina Memburu Pesawat Rusia di Wilayahnya Sendiri.”
(Samirmusa/arrahmah.id)