JAKARTA (Arrahmah.id) — Suasana hangat tampak di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta Pusat, pada Senin (16/6/2025), ketika Duta Besar Afghanistan untuk Indonesia, Mullah Sa’dullah Ballochi, mengadakan kunjungan resmi dan diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), didampingi KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil), Ahmad Suaidi, dan Sidratun Naim.
Kunjungan ini menjadi sinyal terbuka bahwa Indonesia, melalui jalur organisasi Islam terbesar seperti PBNU, mulai menjalin komunikasi dan kerja sama pendidikan dengan pemerintahan Taliban yang kini memimpin Afghanistan di bawah nama Imarah Islam Afghanistan (IEA).
PBNU Siap Tambah Beasiswa untuk Mahasiswa Afghanistan
Dalam pertemuan tersebut, Dubes Mullah Sa’dullah secara khusus menyampaikan harapan agar kerja sama strategis antara PBNU dan pemerintah Afghanistan bisa terus dilanjutkan, khususnya dalam bidang pendidikan dan beasiswa. Ia menyebut program beasiswa yang sudah berjalan sejak 2019, di mana PBNU telah memberikan beasiswa kepada 40 mahasiswa dan 10 pelajar Afghanistan untuk studi di berbagai universitas di Indonesia.
“Kami sangat antusias untuk menjalin hubungan dengan ulama-ulama Indonesia,” ujar Dubes Sa’dullah dalam pernyataannya. Ia bahkan menyatakan keinginan pribadi untuk melanjutkan pendidikan S3 di Indonesia dalam bidang sastra Arab, setelah sebelumnya menyelesaikan S2-nya juga di Tanah Air.
Gus Yahya, dalam tanggapannya, menyambut baik niat tersebut. “PBNU siap membantu para mahasiswa Afghanistan yang ingin belajar di Indonesia, terutama di bidang sastra Arab dan studi Islam,” ujarnya.
Taliban Kini Hadir dengan Misi Keislaman dan Pendidikan
Penampilan Dubes Sa’dullah yang mengenakan gamis dan sorban khas ulama Afghanistan memperlihatkan wajah diplomasi baru dari pemerintahan Kabul di bawah Taliban. Kali ini, mereka datang bukan membawa narasi perang atau kekuasaan, tetapi menyampaikan misi keilmuan dan dakwah Islam yang lebih damai dan dialogis.
Gus Ulil menegaskan bahwa kunjungan ini tidak membahas isu politik luar negeri, tetapi lebih pada urusan kemanusiaan dan kerja sama pendidikan. “Beliau sangat tertarik melanjutkan pendidikan, dan kita akan bantu fasilitasi jalurnya,” ujarnya.
Langkah Strategis, Transformasi Diam-Diam Tapi Nyata
Langkah ini menandai babak baru dalam hubungan Indonesia–Afghanistan. Dulu, Taliban sering dipersepsikan sebagai simbol “radikalisme” dan konflik bersenjata. Namun hari ini, mereka hadir di Jakarta dengan membawa proposal kerja sama pendidikan, moderasi, dan dialog antar-ulama.
Transformasi ini tidak disampaikan dalam panggung besar, namun berlangsung senyap—diam-diam tapi nyata.
(Samirmusa/arrahmah.id)