TEL AVIV (Arrahmah.id) – Serangan Iran ke ‘Israel’ sejak Jumat lalu (13/6/2025) disebut-sebut telah menyebabkan kerugian senilai sekitar 1 miliar shekel, atau setara dengan Rp4,5 triliun. Otoritas Pajak ‘Israel’ mengungkapkan bahwa mereka telah menerima 9.900 tuntutan klaim ganti rugi hingga Senin (16/6).
“Sejak awal operasi, pusat layanan Dana Kompensasi telah menerima 9.900 klaim,” ujar pernyataan resmi dari Otoritas Pajak.
Dari jumlah tersebut, 8.549 klaim terkait kerusakan bangunan, 668 klaim untuk kerusakan kendaraan, dan 683 klaim untuk kerusakan isi rumah serta properti lainnya. Selain itu, sebanyak 2.695 warga telah dievakuasi dari rumah mereka akibat serangan.
Mengutip laporan Channel 12 Israel, Al Jazeera Arabic menyebut bahwa Direktur Otoritas Pajak ‘Israel’, Shai Aharonovitch, memperkirakan total klaim kompensasi bisa mencapai 12.000 laporan, dengan total kerugian tetap di angka Rp4,5 triliun hanya dalam dua hari pertama.
Sensor Militer Tak Bisa Tutupi Kerusakan
Meski media ‘Israel’ disensor ketat oleh militer untuk membatasi pemberitaan soal kerusakan, berbagai gambar dan video tetap beredar yang menunjukkan kehancuran besar, khususnya di wilayah tengah ‘Israel’ seperti Tel Aviv.
Pemerintah Kota Ramat Gan menyatakan bahwa rudal-rudal Iran menyebabkan “kehancuran yang tak terbayangkan”, merusak puluhan bangunan dan membuat banyak warga kehilangan tempat tinggal.
Sejak Jumat (13/6), Iran telah menargetkan Tel Aviv dan Haifa dengan ratusan rudal dan drone. Bangunan-bangunan penting hancur, termasuk Institut Penelitian Weizmann serta jaringan pipa dan fasilitas minyak di Haifa.
Biaya Perang: Rp11,9 Triliun Per Hari
Sementara itu, laman berita ‘Israel’ Ynet melaporkan bahwa perang ini menghabiskan dana sekitar 2,75 miliar shekel per hari, kira-kira Rp11,9 triliun, hanya untuk biaya militer langsung.
Menurut Brigadir Jenderal (purn.) Re’em Aminach, mantan penasihat keuangan Kepala Staf Militer ‘Israel’, dua hari pertama perang sudah menelan biaya sekitar 5,5 miliar shekel atau sekitar Rp23,1 triliun, yang terbagi rata antara operasi ofensif dan defensif.
Dari jumlah itu, 2,25 miliar shekel (sekitar Rp9,6 triliun) digunakan untuk biaya ofensif termasuk serangan awal ‘Israel’ ke Iran, mencakup jam terbang pesawat dan amunisi. Sisa Rp13,5 triliun dipakai untuk pertahanan seperti peluncur rudal pencegat dan pengerahan pasukan cadangan.
Namun, Aminach menekankan bahwa angka-angka ini hanya mencakup biaya langsung, sementara dampak ekonomi secara keseluruhan dan penurunan PDB belum bisa dihitung saat ini.
Peringatan Iran: Balasan Akan Semakin Keras
Ketegangan memuncak pada Jumat dini hari (13/6) ketika ‘Israel’, dengan dukungan diam-diam dari Amerika Serikat, meluncurkan Operasi Rising Lion, serangan udara besar-besaran terhadap fasilitas nuklir, pangkalan rudal, dan tokoh penting Iran.
Malam harinya, Iran membalas lewat Operasi True Promise 3, menembakkan puluhan rudal balistik dan drone ke kota-kota ‘Israel’, yang menurut sumber ‘Israel’ menewaskan sedikitnya 13 orang dan melukai ratusan lainnya.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian memperingatkan pada Ahad (15/6) bahwa jika ‘Israel’ terus menyerang, respons Iran akan menjadi “lebih tegas dan menghancurkan.” Ia menyebutkan bahwa sejauh ini militer Iran telah merespons “dengan kekuatan dan ketepatan yang sesuai.” (zarahamala/arrahmah.id)