TEL AVIV (Arrahmah.id) – Sejak berdirinya negara ‘Israel’, belum pernah sekalipun roket jatuh di kawasan Bnei Brak, sebuah distrik ultra-Ortodoks yang terletak di timur Tel Aviv. Namun perang yang kini berlangsung antara ‘Israel’ dan Iran mengubah segalanya. Menurut laporan Haaretz, satu roket menghantam kawasan tersebut awal pekan ini, menewaskan satu orang dan menyebabkan kerusakan parah, kejadian yang mengejutkan warga setempat.
Wartawan Haaretz, Josh Breiner, melaporkan bahwa dampak ledakan roket Iran membuat warga Bnei Brak benar-benar terpukul, apalagi setelah mendengar kabar bahwa satu orang tewas dalam insiden tersebut.
“Dulu Kami Yakin Kota Ini Tak Tersentuh”
Daniel, salah satu warga yang datang ke lokasi karena penasaran, mengatakan, “Tak pernah sebelumnya ada roket jatuh di sini. Tapi tampaknya janji itu tak berlaku lagi sekarang, karena Rabbi Kanievsky sudah tak bersama kita.”
Menurutnya, warga selama ini merasa aman karena yakin kota mereka dilindungi secara spiritual. “Bahkan saat Perang Teluk pertama, tak satu pun roket jatuh di sini. Semuanya selalu mengenai Ramat Gan atau Petah Tikva.”
Awalnya, warga sulit menerima bahwa ada korban jiwa dari komunitas mereka. Mereka mengira yang tewas mungkin seorang pekerja asing, bukan orang Yahudi. Tapi dugaan itu salah. Korban ternyata adalah pria Yahudi religius berusia 84 tahun, seorang penduduk asli Bnei Brak, dan sama-sama taat seperti mereka.
Sekolah Rata dengan Tanah, Apartemen Rusak Berat
Menurut Haaretz, roket yang menghantam Bnei Brak pada Senin dini hari (16/6/2025) menghancurkan total sebuah sekolah putri yang terletak di jantung kota. Bangunannya luluh lantak, nyaris tak bersisa. Puluhan apartemen di sekitarnya juga rusak parah karena dahsyatnya ledakan.
Warga yang kebanyakan adalah Yahudi ultra-Ortodoks kini hidup dalam ketakutan dan kebingungan. Apa yang terjadi hari itu, menurut jurnalis Breiner, mengguncang kepercayaan lama yang berakar kuat, yakni keyakinan bahwa kota ini akan selalu selamat dari serangan musuh, karena keberadaan banyaknya ulama Taurat. Keyakinan itu diperkuat oleh janji dua tokoh agama besar: Rabbi Shazon Ish dan Rabbi Chaim Kanievsky.
Kini, warga bertanya-tanya: Mengapa hal ini bisa terjadi?
Seorang teman Daniel berkata lirih, “Rabbi Kanievsky yang dulu melindungi kami. Sekarang, segalanya telah berubah. Kau harus mengerti, Yang Mahakudus tampaknya tak lagi bekerja bersama kami.”
Beragam Warga Tumpah ke Lokasi
Kerumunan besar berkumpul di lokasi jatuhnya roket: para pria berpakaian khas Yahudi ultra-Ortodoks, perempuan bercelana pendek, para pekerja asing dari Sri Lanka, dan warga ‘Israel’ sekuler, semuanya berdiri bersama dalam keheningan dan keterkejutan yang sama.
Di antara mereka, seorang pemuda India bernama Harnak Chand, yang tinggal di salah satu apartemen yang rusak bersama tujuh temannya asal Sri Lanka. Mereka semua bekerja sebagai buruh bangunan di ‘Israel’. Kepada Haaretz, Chand mengatakan bahwa ia bahkan tak sempat menyelamatkan celananya. Ia hanya keluar dengan tas kecil yang kebetulan sedang ia bawa, dan tak diizinkan masuk lagi ke dalam untuk mengambil barang-barangnya.
Jumlah Korban Terus Bertambah
Sejak Jumat (13/6), sedikitnya 24 warga ‘Israel’ telah tewas dan sekitar 600 lainnya terluka akibat gelombang serangan rudal Iran ke wilayah ‘Israel’. Di antara korban tewas adalah pria lanjut usia dari Bnei Brak yang meninggal pada Senin itu.
Peristiwa ini tak hanya meluluhlantakkan bangunan, tetapi juga mengguncang rasa aman dan keyakinan spiritual sebuah komunitas yang selama ini merasa berada di bawah perlindungan khusus, hingga kenyataan berkata lain. (zarahamala/arrahmah.id)