GAZA (Arrahmah.id) – Kota Khan Yunis di selatan Jalur Gaza kini berubah menjadi titik utama operasi militer tentara pendudukan ‘Israel’, sementara pihak perlawanan Palestina menjalankan strategi pertahanan strategis dan serangan taktis, demikian menurut analis militer, Brigadir Jenderal Elias Hanna.
Hanna menjelaskan bahwa secara operasional, Khan Yunis kini berada dalam “cengkeraman penjepit”, karena dua poros utama serangan ‘Israel’ datang dari arah Kisufim dan Morag, dengan intensitas serangan paling tinggi di bagian timur kota.
Menurut penjelasannya kepada Al Jazeera, ‘Israel’ ingin Khan Yunis kosong, baik dari penduduk maupun dari pejuang perlawanan. Namun, pihak perlawanan tak menyerah begitu saja. Mereka menjalankan pertahanan strategis, artinya mereka tetap bertahan di wilayah tersebut selama mungkin sambil menyebabkan kerugian besar di pihak ‘Israel’ dan membeli waktu.
Ketika ada peluang atau target yang terbuka, perlawanan melakukan serangan taktis. Mereka dengan cerdik memanfaatkan celah dan kelemahan yang ada di zona penyangga militer ‘Israel’.
Pertempuran Sengit dan Serangan Balasan
Dalam konteks ini, media penyiaran resmi ‘Israel’ pada Rabu (11/6/2025), melaporkan bahwa empat tentara ‘Israel’ terluka dalam dua insiden terpisah di Khan Yunis dalam beberapa jam terakhir.
Disebutkan bahwa sebuah kelompok bersenjata Palestina menembakkan roket ke arah tank ‘Israel’, melukai dua tentara dari Batalion Tank 74.
Sementara itu, sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, mengumumkan bahwa mereka telah menembak seorang tentara ‘Israel’ dengan senapan khusus “al-Ghoul” di timur kota Abasan al-Kabira, wilayah timur Khan Yunis. Pasca serangan tersebut, helikopter militer ‘Israel’ dikerahkan untuk mengevakuasi korban.
Di pihak lain, Saraya al-Quds, sayap militer dari Jihad Islam, menyatakan bahwa para pejuangnya tengah terlibat dalam baku tembak sengit dengan pasukan dan kendaraan tempur ‘Israel’ di wilayah utara Khan Yunis. Mereka menegaskan bahwa pertempuran masih berlangsung.
Pada pagi kemarin, mereka juga melaporkan telah menyerang pasukan infanteri ‘Israel’ dengan ranjau anti-personel di wilayah timur Khan Yunis. Selain itu, mereka juga meluncurkan serangan artileri dengan mortir secara presisi ke lokasi yang sama, dan mengklaim bahwa serangan tersebut mengenai langsung pasukan darat dan tim penyelamat ‘Israel’.
Strategi Baru: Dari Serbu dan Pergi ke Serbu dan Tinggal
Mengenai perubahan strategi militer ‘Israel’ di Gaza, Hanna menjelaskan bahwa sebelumnya tentara ‘Israel’ biasanya masuk ke suatu wilayah, menyerbu, lalu mundur, dan hanya kembali ketika mereka punya informasi taktis untuk menghadapi perlawanan.
Namun kini, strategi mereka berubah. Pasukan ‘Israel’ masuk, membersihkan wilayah, lalu menetap di sana, sebagai persiapan untuk tahapan berikutnya. Artinya, mereka mulai berpindah dari taktik gerak cepat ke posisi tetap.
Sebaliknya, pihak perlawanan Palestina mulai mengubah taktik dari bertahan menjadi lebih dinamis dan menyerang dengan gerak cepat saat ada kesempatan.
Hanna juga menyoroti bahwa Kepala Staf Militer ‘Israel’, Herzi Halevi (disebut Zamir dalam laporan ini, kemungkinan merujuk pada pejabat militer lain yang terlibat), tengah berusaha memahami pola perlawanan Palestina dalam kerangka strateginya yang diumumkan: melenyapkan perlawanan dalam waktu sembilan bulan.
Strategi itu menekankan pendekatan perlahan tapi pasti, merebut wilayah sedikit demi sedikit, sambil menargetkan pemimpin-pemimpin perlawanan. Tujuannya adalah mengurangi jumlah korban di pihak ‘Israel’ dan menekan pihak perlawanan untuk menyerah dalam negosiasi gencatan senjata atau pertukaran tawanan.
Sebagai bagian dari strategi ini, awal bulan Juni lalu, Zamir menginstruksikan perluasan serangan militer ke wilayah tambahan di utara dan selatan Gaza, menandakan babak baru dari agresi militer yang tak kunjung reda. (zarahamala/arrahmah.id)