KUALA LUMPUR (Arrahmah.id) — Organisasi masyarakat sipil Malaysia pada hari Sabtu (20/5/2025) mengumumkan rencana untuk meluncurkan 1000 kapal flotilla sebagai mobilisasi maritim terbesar di dunia untuk mematahkan blokade ‘Israel’ di Jalur Gaza.
Kampanye tersebut, yang dikenal sebagai “Armada Seribu Kapal”, bertujuan untuk mengirim kapal dari berbagai benua dalam upaya terkoordinasi untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dan menekan ‘Israel’ agar mengakhiri pengepungannya.
Inisiatif tersebut diungkapkan selama konferensi pers di Kuala Lumpur oleh Azmi Abdul Hamid, kepala Dewan Konsultatif Organisasi Islam Malaysia (MAPIM), seperti dilansir the New Arab (16/5).
Dia mengatakan upaya tersebut merupakan tanggapan langsung terhadap kampanye militer ‘Israel’ yang semakin brutal dan “kejahatan genosida” yang dilakukan di Gaza.
Menurut Abdul Hamid, koordinasi sudah dilakukan dengan kelompok masyarakat sipil di Eropa, Asia, dan Amerika Latin, dan gagasan armada tersebut telah menerima “dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
Ia mengutip penyitaan kapal kemanusiaan Madleen oleh militer ‘Israel’ baru-baru ini sebagai titik balik yang penting.
Meskipun kapal itu dicegah mencapai Gaza, Abdul Hamid mengatakan kapal itu berhasil menarik perhatian global baru terhadap situasi di Jalur Gaza.
Ia menambahkan bahwa armada yang direncanakan akan “lebih besar dan lebih terorganisasi” daripada armada Mavi Marmara tahun 2010, yang berakhir dengan tewasnya sepuluh aktivis oleh pasukan ‘Israel’.
Sebuah pernyataan bersama yang ditandatangani oleh puluhan organisasi Malaysia menguraikan tujuan armada tersebut: mencabut blokade di Gaza, memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan, mengamankan perlindungan internasional bagi warga Palestina, dan menuntut pertanggungjawaban atas kejahatan perang ‘Israel’.
Penyelenggara juga meminta pemerintah di seluruh dunia untuk melindungi warga negara mereka yang berpartisipasi dalam armada tersebut—seruan yang ditujukan untuk meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Israel melalui cara tidak langsung.
Secara paralel, aktivis Malaysia mengadakan demonstrasi di luar Otoritas Pengembangan Investasi Malaysia, menyerukan diakhirinya hubungan dengan perusahaan yang terus beroperasi di wilayah pendudukan.
Para pengunjuk rasa mengecam perusahaan Amerika Caterpillar, yang memasok buldoser untuk militer ‘Israel’ yang digunakan dalam penghancuran rumah-rumah warga Palestina. Para demonstran menuduh perusahaan-perusahaan tersebut terlibat dalam serangan yang sedang berlangsung di Gaza.
MAPIM juga mengumumkan rencana untuk meluncurkan sekretariat internasional dan dana keuangan untuk mengoordinasikan logistik, pengadaan kapal, dan penjangkauan. Dewan tersebut mengimbau individu, kelompok kemanusiaan, dan perusahaan untuk memberikan dukungan teknis dan material.
Armada yang diusulkan muncul di tengah meningkatnya rasa frustrasi atas kegagalan lembaga-lembaga internasional untuk menghentikan perang di Gaza atau menegakkan hukum humaniter internasional. Dengan meningkatnya dukungan publik untuk Palestina di banyak bagian dunia, penyelenggara armada berharap kampanye tersebut akan menghasilkan momentum politik.
Penyelenggara mengatakan bahwa persiapan sedang berlangsung dan pengumuman lebih lanjut akan menyusul dalam beberapa minggu mendatang. (hanoum/arrahmah.id)