TEL AVIV (Arrahmah.id) — Seorang penulis dan jurnalis senior Israel, Nehemia Shtrasler, menyatakan bahwa situasi dalam negeri “Israel” saat ini adalah kekacauan yang dirancang secara sengaja oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu demi menutupi kegagalan serta mengacaukan persepsi publik.
Dalam kolomnya di surat kabar Haaretz, Shtrasler menyarankan pembaca untuk berhenti mengikuti pemberitaan sepanjang hari. Ia menyebut bahwa dalam satu hari saja, pembaca akan merasa pusing karena dihadapkan pada rentetan peristiwa yang seharusnya berlangsung selama satu tahun.
Menurutnya, Netanyahu sengaja membanjiri ruang publik dengan berbagai krisis—mulai dari operasi militer besar-besaran di Gaza, gelombang boikot internasional, pembatalan penerbangan, penunjukan pejabat yang aneh, ancaman pemecatan terhadap jaksa agung, hingga proposal undang-undang absurd dan kemerosotan ekonomi. Tujuan dari semuanya, kata Shtrasler, adalah membuat publik kehilangan arah antara benar dan salah, antara kegagalan dan keberhasilan, serta antara kejahatan dan kebaikan.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa semua ini dilakukan agar tanggung jawab Netanyahu atas pembantaian di Gaza dan kegagalan perang menjadi kabur dan terlupakan. Sebelumnya, Netanyahu memang dikenal kerap menciptakan skandal baru setiap dua hari sebagai pengalihan perhatian dari kabar-kabar negatif yang mengancam dirinya.
Shtrasler juga menyamakan Netanyahu dengan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Menurutnya, keduanya memiliki banyak kesamaan: narsistik, ahli dalam menciptakan kegaduhan, dan mahir memainkan opini publik. Namun, ia menilai Trump lebih impulsif karena rencananya biasanya tidak lebih panjang dari satu siklus berita di Fox News.
Yang paling kontroversial, Shtrasler memprediksi bahwa setelah “Israel” tenggelam dalam lumpur Gaza, Netanyahu akan melarikan diri ke Miami bersama istrinya, ke sebuah tempat perlindungan yang telah dipersiapkan oleh anaknya.
(Samirmusa/arrahmah.id)