GAZA (Arrahmah.id) – Untuk hari kedua berturut-turut, pasukan pendudukan ‘Israel’ melepaskan tembakan ke arah warga Palestina yang berkumpul di dekat pusat distribusi bantuan di barat Rafah, Gaza selatan. Aksi brutal ini menewaskan dan melukai puluhan orang.
Korban Berjatuhan di Tengah Upaya Mengakses Bantuan
Sumber dari Rumah Sakit Nasser melaporkan setidaknya tiga warga Palestina tewas dan 35 lainnya luka-luka saat berusaha mendapatkan bantuan di fasilitas yang diduga didukung oleh ‘Israel’ dan AS. Para korban luka dibawa ke rumah sakit lapangan Palang Merah, sementara jenazah dan korban luka kritis dirujuk ke Kompleks Medis Nasser di Khan Yunis.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa pembantaian Ahad (1/6) di sejumlah lokasi distribusi bantuan, baik di barat Rafah maupun di poros Netzarim, Gaza tengah, telah menewaskan 32 orang dan melukai 200 lainnya. Sejak pusat bantuan ini dibuka pada 27 Mei, sedikitnya 52 warga Palestina tewas dan lebih dari 300 terluka akibat serangan ‘Israel’ di sekitar lokasi tersebut.
Serangan Terus Berlanjut, Korban Sipil Bertambah
Sementara itu, serangan udara dan artileri ‘Israel’ masih berlangsung di seluruh Gaza. Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis mencatat lima warga Palestina tewas dalam serangan semalam. Di Kota Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa mengonfirmasi seorang anak tewas setelah ditembak drone ‘Israel’ di lingkungan Tal al-Hawa.
Serangan ‘Israel’ juga dilaporkan di lingkungan Al-Tuffah, timur Kota Gaza, serta permukiman penduduk di Al-Barakah, selatan Deir al-Balah, yang menimbulkan korban luka-luka.
Tim Medis Dihalangi, Pusat Bantuan Jadi “Perangkap Maut”
Direktur layanan ambulans di Gaza utara mengungkapkan kepada Al-Jazeera bahwa 35 warga Palestina tewas di sekitar lokasi bantuan hanya dalam 24 jam terakhir. Ia menambahkan bahwa pasukan ‘Israel’ sengaja menghalangi tim medis menjangkau korban, mengubah pusat bantuan menjadi zona berbahaya.
Berdasarkan laporan Palestinian Information Center, pasukan ‘Israel’ diduga memanfaatkan kerumunan warga sipil, termasuk di pusat bantuan, sebagai sasaran serangan. Banyak korban mengalami luka tembak langsung di kepala dan dada, mengindikasikan penargetan disengaja.
Kebijakan Kelaparan dan Dampak Genosida
Sejak 2 Maret, ‘Israel’ memberlakukan kebijakan kelaparan terhadap 2,4 juta warga Gaza dengan menutup perlintasan perbatasan dan memblokir bantuan kemanusiaan. Akibatnya, kelaparan meluas dan korban jiwa terus bertambah.
Di tengah situasi ini, Brigade Syuhada Al-Aqsa, yang berafiliasi dengan Fatah, melaporkan telah menembakkan mortir ke konsentrasi kendaraan militer ‘Israel’ di dekat kantor bea cukai, tenggara Khan Yunis.
Korban Tewas Capai 175.000, Mayoritas Perempuan dan Anak-Anak
Didukung penuh oleh AS, serangan ‘Israel’ yang oleh banyak pihak disebut sebagai genosida telah menewaskan atau melukai lebih dari 175.000 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak, dengan lebih dari 14.000 orang masih dinyatakan hilang.
Pusat bantuan seharusnya menjadi tempat aman, tapi di Gaza, ia justru berubah menjadi lokasi pembantaian. (zarahamala/arrahmah.id)