GAZA (Arrahmah.id) – Menteri Keuangan sayap kanan ‘Israel’, Bezalel Smotrich mengatakan bahwa pembebasan warga ‘Israel’ yang masih ditawan di Gaza bukanlah prioritas utama pemerintah, hal itu memicu kemarahan di antara keluarga para tawanan.
Dalam wawancara di stasiun radio sayap kanan, Smotrich mengatakan memulangkan para tawanan “bukanlah tujuan terpenting” sementara pemerintah fokus melanjutkan serangan militer yang menghancurkan di wilayah Palestina.
“Kita perlu menghilangkan masalah Gaza,” katanya sebagaimana dikutip Haaretz.
“Kita memiliki peluang yang luar biasa, dan alasan-alasannya sudah tidak ada lagi: tidak ada Biden, tidak ada [Menteri Pertahanan] Gallant, dan tidak ada mantan kepala staf IDF,” lanjutnya.
Pernyataan Smotrich dikecam oleh kelompok kampanye yang mewakili anggota keluarga tawanan ‘Israel’.
“Keluarga hanya punya satu kata pagi ini: malu,” kata Forum Sandera dan Keluarga Hilang.
“Setidaknya menteri mengungkapkan kebenaran pahit kepada publik – pemerintah ini secara sadar telah memutuskan untuk meninggalkan para sandera.”
Komentar Smotrich muncul sehari setelah Netanyahu mengesampingkan perundingan gencatan senjata sampai Hamas setuju menyerahkan senjatanya.
Hamas mengatakan akan membebaskan seluruh 59 tawanan yang tersisa jika ‘Israel’ setuju untuk mengakhiri perang secara permanen, tetapi menolak untuk melucuti senjata secara sepihak.
Di tengah kebuntuan, menteri sayap kanan ‘Israel’ telah mendesak pemerintah untuk lebih meningkatkan serangan di Gaza.
Smotrich pekan lalu menuntut militer ” membuka gerbang neraka ” dan mengusir warga Palestina dari Gaza.
Penolakan pemerintah untuk bernegosiasi muncul di tengah meningkatnya dukungan publik terhadap kesepakatan pembebasan tawanan yang tersisa.
Jajak pendapat pekan lalu menunjukkan bahwa hampir dua pertiga warga ‘Israel’ mendukung negosiasi untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan mereka.
Hampir semua 147 tawanan ‘Israel’ yang dibebaskan selama 18 bulan terakhir telah dibebaskan melalui negosiasi.
Tiga puluh tiga tawanan dikembalikan selama gencatan senjata baru-baru ini, yang berakhir pada 18 Maret setelah ‘Israel’ kembali mengepung Gaza dan melanjutkan serangan militernya.
Sejak itu, pasukan ‘Israel’ telah membunuh lebih dari 1.800 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, dan melukai ribuan lainnya.
Blokade tersebut menyebabkan 2,2 juta penduduk Gaza menderita kelaparan, dan badan-badan bantuan memperingatkan bahwa berkurangnya pasokan makanan dan bantuan dapat menyebabkan wilayah tersebut dilanda kelaparan.
‘Israel’ telah menewaskan 51.201 warga Palestina dalam serangannya selama 18 bulan di Gaza, menurut kementerian kesehatan setempat. Ribuan lainnya diyakini terjebak di bawah reruntuhan. (zarahamala/arrahmah.id)