TEL AVIV (Arrahmah.id) – Sistem pertahanan udara ‘Israel’ tampaknya mulai kehabisan tenaga. Jika Iran terus melancarkan serangan rudal dengan intensitas seperti sekarang, dan tanpa pasokan ulang atau keterlibatan militer AS yang lebih dalam, sistem tersebut bisa kolaps dalam waktu 10 hingga 12 hari ke depan. Begitulah laporan The Washington Post pada Selasa (17/6/2025), mengutip penilaian dari intelijen ‘Israel’ dan AS.
Menurut sumber yang mengetahui situasi ini, kemampuan ‘Israel’ untuk mencegat rudal yang masuk bisa mulai menurun secepat-cepatnya pekan ini. “Mereka akan dipaksa memilih rudal mana yang ingin mereka cegat,” ujar sumber tersebut yang tak ingin disebutkan namanya karena alasan keamanan. “Sistemnya sudah kewalahan.”
Pejabat ‘Israel’ memang mengklaim bahwa sekitar 90 persen dari 400 rudal yang diluncurkan Iran sejauh ini berhasil dicegat. Namun, The Washington Post mencatat bahwa tanda-tanda kelelahan sistem pertahanan sudah mulai terlihat.
Jumat lalu (13/6), rudal Iran berhasil menembus pertahanan ‘Israel’ dan menghantam area dekat markas besar Pasukan Pertahanan ‘Israel’ di Tel Aviv.
Kemudian pada Ahad (15/6), sebuah rudal merusak kilang minyak utama di dekat Haifa. Dan Selasa pagi (17/6), rekaman video yang telah diverifikasi menunjukkan empat titik ledakan rudal di sekitar kompleks intelijen ‘Israel’ di utara Tel Aviv, salah satunya menghantam langsung Kamp Moshe Dayan, markas intelijen militer dan Unit 8200 ‘Israel’.
Sistem Arrow, garda terdepan ‘Israel’ dalam menghadapi rudal Iran, menjadi tantangan tersendiri. Setiap peluncur interseptor sistem ini menelan biaya sekitar 3 juta dolar AS, kata Tal Inbar, pakar rudal ‘Israel’ yang tergabung dalam Missile Defense Advocacy Alliance di Virginia, seperti dikutip The Post.
“Ini bisa menjadi faktor pendorong gencatan senjata,” kata Inbar, mengingat kembali bagaimana ‘Israel’ mencari kesepakatan damai dengan Hamas pada 2014, hanya beberapa hari sebelum stok rudal pencegat mereka habis.
“Jika dibandingkan dengan sistem Arrow, Iron Dome itu seperti menembak rudal Iran dengan pistol 9 milimeter,” tambahnya, menyoroti keterbatasan sistem pertahanan lapis bawah ‘Israel’ ketika berhadapan dengan rudal-rudal canggih Iran yang melesat dengan kecepatan hipersonik.
Meski ‘Israel’ mengklaim keberhasilan dalam mempertahankan wilayahnya, media-media Iran telah menayangkan cuplikan serangan yang berhasil menghantam target dan mengutip pernyataan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) bahwa sejumlah personel intelijen dan militer Israel tewas. Militer Israel sendiri belum memberikan tanggapan atas klaim tersebut.
Di sisi lain, korban jiwa terus bertambah seiring konflik yang kian memanas. Hingga Selasa, otoritas Israel mengonfirmasi bahwa 24 warga sipil tewas dan lebih dari 600 orang terluka akibat serangan rudal Iran.
Sementara itu, Iran menyatakan bahwa 224 warganya telah tewas akibat serangan balasan ‘Israel’, termasuk di kawasan padat penduduk dan pemukiman sipil.
Pada Senin (16/6), ‘Israel’ membombardir kantor pusat penyiaran nasional Iran saat siaran langsung berita tengah berlangsung. Menteri Pertahanan ‘Israel’, Israel Katz, sebelumnya bersumpah akan membungkam “corong propaganda Iran.” Militer ‘Israel’ kemudian mengklaim bahwa serangan itu menargetkan pusat komunikasi militer, walaupun tidak ada bukti yang menunjukkan keberadaan militer di lokasi tersebut.
Dengan Iran yang terus menghantam infrastruktur strategis dan pusat komando ‘Israel’, kelangsungan sistem pertahanan rudal ‘Israel’ kini berada dalam sorotan besar, dan mulai dipertanyakan. (zarahamala/arrahmah.id)