DAMASKUS (Arrahmah.id) — Dalam pernyataan terbaru yang dipublikasikan secara daring, kelompok militan Ajnad al Kavkaz mengkritik tajam otoritas Suriah saat ini, setelah bertahun-tahun terlibat bersama dalam operasi militer melawan rezim Bashar Assad.
Dilansir Special Eurasia (11/6/2025), kelompok yang sebagian besar terdiri dari pejuang asing Kaukasia Utara menuduh pemerintah baru Suriah melakukan pengkhianatan dan penangkapan sewenang-wenang.
Meskipun sebagian besar kelompok tersebut telah berpindah ke Ukraina, mereka yang tersisa di Suriah merasa kecewa dalam lingkungan keamanan yang tidak stabil.
Ajnad al Kavkaz mengklaim pemerintah sementara Suriah secara tidak adil menganiaya dan mengucilkan mereka.
Mereka juga mengkritik upaya pemerintah sementara untuk menormalisasi situasi politik, dengan mengklaim bahwa penerapan demokrasi oleh Ahmad asy Syaraa merusak tujuan jihad.
Setelah jatuhnya rezim Assad, Ahmad asy-Syaraa dan sekutu terdekatnya mendominasi kekuatan dan struktur militer saat ini di Suriah. Kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir Syam (HTS) yang dipimpinnya mengubah citranya dengan fokus pada tata kelola dan normalisasi kehidupan di Suriah.
Pejuang Kaukasia Utara, beberapa dari Ajnad al Kavkaz, menolak untuk bergabung dengan pasukan militer Suriah yang baru karena mereka menilai kebijakan luar negeri Damaskus saat ini yang bertujuan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel dan Barat.
Akibat penolakan itu, otoritas sementara Suriah dilaporkan melakukan penangkapan sehingga menyebabkan ketegangan baru.
Ajnad al-Kavkaz (AK) adalah kelompok salafi jihadi yang didirikan Abdul Hakim al-Shishani (Rustam Azhiev), warga Chechnya, pada tahun 2015. Dia menarik beberapa militan dari Kaukasus Utara, terutama Chechnya untuk berjihad di di provinsi Latakia, Idlib, dan Aleppo.
Sejak akhir tahun 2022, sebagian besar pejuang kelompok tersebut, termasuk pimpinannya, pindah ke Ukraina untuk bergabung dengan Batalyon Shaykh Mansur berperang melawan pasukan Rusia. Namun, beberapa anggota Ajnad al-Kavkaz memutuskan tetap berada di Suriah untuk berperang melawan pasukan Assad yang saat itu didukung oleh Rusia. (hanoum/arrahmah.id)