ISTANBUL (Arrahmah.id) – Menteri Luar Negeri Afghanistan, Amir Khan Muttaqi, mengkritik Amerika Serikat yang membekukan cadangan devisa Afghanistan, menyebut tindakan tersebut ilegal dan menuntut pembebasan aset-aset negara tersebut dengan segera dan tanpa syarat.
Muttaqi menekankan bahwa keputusan AS telah sangat mengganggu jalannya pembangunan ekonomi Afghanistan.
Ia juga mendesak negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk memenuhi tanggung jawab kemanusiaan dan keislaman mereka dengan menggunakan semua cara yang tersedia untuk membantu mencabut sanksi tersebut, lansir Tolo News (24/6/2025).
Dalam pernyataannya, Muttaqi mengatakan: “Setelah dua dekade perang di Afghanistan, AS telah membekukan kekayaan nasional rakyat Afghanistan, menciptakan tantangan besar bagi pertumbuhan ekonomi alamiah negara tersebut. Saya sekali lagi menyerukan kepada Organisasi Kerjasama Islam dan negara-negara anggotanya untuk memastikan pembebasan aset-aset bank sentral Afghanistan yang dibekukan tanpa penundaan atau hambatan lebih lanjut.”
Mengacu pada lokasi strategis Afghanistan di jantung Asia, Muttaqi mencatat bahwa negara ini memiliki potensi untuk menjadi pusat perdagangan dan transit yang vital di antara negara-negara Islam.
Ia menambahkan: “Afghanistan, yang dikenal sebagai jantung Asia, siap untuk menjadi pintu gerbang utama untuk transit, perdagangan, dan konektivitas ekonomi di antara negara-negara Islam. Kami siap untuk memainkan peran konstruktif dalam kerangka kerja Agenda Ekonomi Strategis OKI di bidang-bidang seperti konektivitas regional, energi, logistik, dan investasi.”
Para ahli ekonomi percaya bahwa jika Afghanistan berfokus pada produksi domestik dan ekspor selama krisis ini, hal ini dapat meringankan beberapa tekanan yang diakibatkan oleh sanksi-sanksi internasional.
Analis ekonomi Mir Shakir Yaqubi mengatakan kepada Tolo News: “Untuk mengurangi dampak negatif dari sanksi dan pembatasan global yang diberlakukan terhadap Afghanistan, pemerintah harus memenuhi tanggung jawab penting tertentu. Salah satunya adalah meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri. Untuk mencapai hal ini, diperlukan kerja sama dari negara-negara tetangga sehingga Afghanistan setidaknya dapat memainkan peran yang efektif dalam sistem transportasi, transit, dan perdagangan global. Selain itu, di samping meningkatkan kapasitas produksi, volume ekspor juga harus ditingkatkan.”
Hal ini terjadi lebih dari empat tahun setelah aset-aset luar negeri Afghanistan dibekukan, tanpa ada langkah signifikan yang diambil oleh komunitas internasional sejauh ini.
Sebelumnya, seorang wakil menteri dari Kementerian Ekonomi mengumumkan bahwa Afghanistan sedang bekerja untuk mendirikan bank-bank bersama dengan Cina, Rusia, dan Iran untuk mengurangi dampak dari sanksi-sanksi perbankan. (haninmazaya/arrahmah.id)