TEHERAN (Arrahmah.id) — Parlemen Iran pada Ahad (22/5/3035) menyetujui penutupan Selat Hormuz, seperti dilansir Al Arabiya mengutip Press TV (22/5).
Media Iran ini menambahkan bahwa badan keamanan tertinggi diharuskan untuk menyelesaikan keputusan mengenai tindakan ini.
Seperti dilansir Mintnews (22/5), Selat Hormuz – jalur pelayaran strategis yang membawa sekitar seperlima minyak dunia.
Iran telah lama mengancam akan menutup Selat Hormuz. Hossein Shariatmadari, perwakilan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, dilaporkan telah menyerukan pembalasan segera atas serangan AS pada Sabtu malam, termasuk menutup Selat Hormuz untuk kapal-kapal Amerika, Inggris, Jerman, dan Prancis.
Selat Hormuz adalah selat antara Teluk Persia dan Teluk Oman. Selat ini menyediakan satu-satunya jalur laut dari Teluk Persia ke lautan terbuka dan merupakan salah satu titik cekik paling strategis di dunia. Selat ini berfungsi sebagai rute ekspor utama bagi produsen Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, dan Kuwait.
Selat ini memungkinkan sekitar 20 persen dari konsumsi minyak harian dunia—sekitar 20 juta barel—untuk melewatinya.
Selat ini telah menjadi pusat ketegangan regional selama beberapa dekade, dan baru-baru ini, serangan telah terjadi di dekatnya dan menargetkan rute alternatif untuk minyak yang melewati Hormuz.
Baru-baru ini, Presiden Trump menyalahkan Iran atas serangan 12 Juni terhadap dua kapal tanker minyak di pintu masuk Teluk, meskipun Teheran membantahnya. Hal ini memicu kekhawatiran akan konfrontasi di rute pengiriman minyak yang vital tersebut.
Pada 19 Juli, Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan telah menangkap sebuah kapal tanker minyak berbendera Inggris di Teluk, setelah Inggris menangkap sebuah kapal Iran pada 4 Juli.
Saat ini, sekitar 50 kapal tanker minyak besar tengah berupaya keluar dari Selat Hormuz, menurut laporan media.
Ancaman baru Iran setelah serangan AS telah menimbulkan kekhawatiran tentang seberapa besar konflik di Teluk dapat mengganggu perdagangan minyak global. (hanoum/arrahmah.id)