TEL AVIV (Arrahmah.id) – Media ‘Israel’ melaporkan pada Jumat (7/3/2025) bahwa Kepala Staf Angkatan Darat ‘Israel’, Eyal Zamir, memutuskan untuk memberhentikan juru bicara angkatan darat, Daniel Hagari, pada saat Letnan Kolonel Benny Aharon sedang dipertimbangkan di antara calon penggantinya.
Otoritas Penyiaran ‘Israel’ (KAN) mengindikasikan bahwa Hagari mencapai kesepakatan dengan Zamir untuk mengundurkan diri dalam beberapa pekan mendatang dan pensiun dari tentara.
Pemecatan tersebut menandai salah satu keputusan besar pertama oleh Zamir, yang menjabat dua hari sebelumnya, menggantikan Herzi Halevi, yang mengundurkan diri setelah kritik luas atas kepemimpinannya selama perang genosida ‘Israel’ di Gaza.
Menurut laporan tersebut, posisi Hagari telah melemah dalam beberapa bulan terakhir karena ketegangan antara Menteri Pertahanan ‘Israel’ Yisrael Katz dan kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Alasan di balik perselisihan tersebut tidak diungkapkan sepenuhnya, tetapi media ‘Israel’ menyatakan bahwa perselisihan politik dan pesan yang saling bertentangan mengenai perang memainkan peran dalam kepergiannya.
Surat kabar ‘Israel’ Yedioth Ahronoth menggambarkan keputusan itu sebagai sesuatu yang mengejutkan, terutama karena tidak ada pejabat militer senior yang diberhentikan atas kegagalan 7 Oktober 2023.
Surat kabar itu mencatat bahwa keputusan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang motif di balik pemecatan Hagari dan kemungkinan adanya campur tangan politik dalam pengangkatan militer.
Ditambahkannya pula bahwa kantor Netanyahu telah mengetahui rencana pemecatan tersebut beberapa bulan yang lalu, sehingga memicu spekulasi bahwa langkah tersebut dipengaruhi oleh pertimbangan politik.
Kepergian Hagari juga terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara tentara dan Kementerian Pertahanan.
Pada Januari, Menteri Pertahanan Katz secara terbuka memerintahkan mantan Kepala Staf Halevi untuk bekerja sama sepenuhnya dengan penyelidikan Pengawas Keuangan Negara atas peristiwa 7 Oktober. Angkatan Darat dilaporkan menanggapi dengan pernyataan yang tidak biasa di media sosial, mengkritik keputusan untuk menangani perselisihan internal melalui media alih-alih dialog pribadi.
Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan operasi skala besar terhadap target militer ‘Israel’ dan permukiman di sekitar Gaza, menyerang 11 pangkalan militer dan 22 permukiman.
Sejak saat itu, ‘Israel’ telah melancarkan perang genosida di Gaza dengan dukungan Amerika, menewaskan dan melukai lebih dari 160.000 warga Palestina—kebanyakan wanita dan anak-anak—dan menyebabkan lebih dari 14.000 orang hilang antara 7 Oktober 2023 dan 19 Januari 2025. (zarahamala/arrahmah.id)