GAZA (Arrahmah.id) — Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung Amerika Serikat pada Rabu (11/6/2025) menuduh pejuang kelompok perlawanan Palestina Hamas menyerang sebuah bus yang membawa stafnya ke pusat distribusi bantuan. GHF mengklaim sedikitnya lima orang tewas dan banyak lainnya terluka.
Kelompok itu mengatakan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Euronews (12/6), bahwa sekitar Rabu malam waktu setempat “sebuah bus yang membawa lebih dari dua lusin anggota tim Yayasan Kemanusiaan Gaza… diserang secara brutal oleh Hamas.”
“Kami masih mengumpulkan fakta, tetapi apa yang kami ketahui sangat menghancurkan: sedikitnya ada lima korban jiwa, banyak yang terluka, dan ada kekhawatiran bahwa beberapa anggota tim kami mungkin telah disandera,” bunyi pernyataan itu.
Dalam sebuah email, kelompok itu mengatakan semua penumpang di bus itu adalah warga Palestina dan semuanya adalah pekerja bantuan. Mereka sedang dalam perjalanan ke pusat distribusi GHF di wilayah barat Khan Younis.
“Kami mengutuk serangan keji dan disengaja ini dengan sekeras mungkin,” kata kelompok itu dalam pernyataannya. “Mereka adalah para pekerja bantuan. Pekerja kemanusiaan. Ayah, saudara, anak, dan sahabat, yang mempertaruhkan nyawa mereka setiap hari untuk membantu orang lain.”
GHF mulai beroperasi pada 26 Mei setelah Israel benar-benar memutus pasokan ke Gaza selama lebih dari dua bulan, yang memicu peringatan akan terjadinya kelaparan massal. Yayasan ini bersifat pribadi dengan pendanaan yang tidak transparan dan didukung oleh Israel,
Namun, pekan pertama operasi GHF, yang diklaim telah mendistribusikan lebih dari tujuh juta makanan, telah dirusak oleh kritik.
Militer ‘Israel’ menghadapi tuduhan menembaki kerumunan warga sipil yang bergegas mengambil paket bantuan di dekat lokasi GHF. Setidaknya 120 warga Palestina tewas sejak GHF membuka pusat bantuan di empat titik di Gaza tengah dan selatan.
Otoritas ‘Israel’ dan GHF — yang menggunakan tentara bayaran AS — membantah adanya insiden semacam itu. Namun, serangan brutal itu dikonfirmasi oleh rumah sakit dan sejumlah dokter asing yang bekerja di Gaza.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok-kelompok bantuan besar telah menolak untuk bekerja sama dengan yayasan tersebut karena kekhawatiran bahwa yayasan itu dirancang untuk memenuhi tujuan militer ‘Israel’. (hanoum/arrahmah.id)