GAZA (Arrahmah.id) – Hamas mengatakan pada Jumat (21/3/2025) bahwa pihaknya terus berkomunikasi dengan para mediator dalam upaya untuk melaksanakan gencatan senjata di Gaza, membantah laporan di media Ibrani bahwa gerakan perlawanan telah menarik diri dari perundingan.
“Hamas membantah apa yang dilaporkan oleh surat kabar berbahasa Ibrani Yedioth Ahronoth mengenai pemutusan komunikasi atau penangguhan pembicaraan terkait kesepakatan pertukaran tawanan,” kata kelompok itu dalam pernyataan resmi.
“Gerakan ini menegaskan bahwa mereka tetap berada di inti negosiasi, menindaklanjuti dengan penuh tanggung jawab dan serius dengan saudara-saudara yang menjadi mediasi, dan terus membahas usulan Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff dan berbagai gagasan yang ada di atas meja, dengan tujuan mencapai kesepakatan pertukaran tawanan yang menjamin pembebasan tawanan, mengakhiri perang, dan mencapai penarikan pasukan,” tambahnya.
Ynet mengutip pernyataan seorang pejabat dari “negara mediator” yang mengklaim bahwa Hamas telah “memutus perundingan setelah pertempuran kembali terjadi.”
Utusan AS untuk kawasan Steve Witkoff dilaporkan telah menyampaikan sebuah rencana kepada para mediator yang menyerukan pembebasan sekitar lima tawanan ‘Israel’ yang masih hidup dan jenazah sekitar sembilan tawanan yang telah meninggal, sebagai imbalan atas perpanjangan kesepakatan gencatan senjata selama beberapa pekan dan dimulainya kembali aliran bantuan ke Gaza.
Tidak jelas apakah rencana Witkoff mencakup pembebasan tahanan Palestina. Hamas sebelumnya telah menolak upaya ‘Israel’ untuk mengamankan perpanjangan tahap pertama perjanjian Gaza setelah ‘Israel’ menyimpang dari kesepakatan awal dan menolak terlibat dalam perundingan tahap kedua.
Tel Aviv menindaklanjuti ancamannya untuk kembali berperang, melancarkan kampanye serangan udara besar-besaran dan tanpa pandang bulu terhadap Gaza pada awal 18 Maret dan menewaskan lebih dari 700 warga Palestina dalam hitungan hari, termasuk lebih dari 200 anak-anak.
Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, meluncurkan rentetan roket ke arah Tel Aviv pada 20 Maret untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, mengumumkan serangan tersebut sebagai “respons terhadap pembantaian Zionis terhadap warga sipil.”
Tentara ‘Israel’ juga melanjutkan operasi darat di jalur tersebut, memasuki kembali koridor Netzarim dan wilayah lainnya, termasuk kota utara Beit Lahia.
“Mesir dan Qatar… mendesak kedua pihak untuk menyetujui gencatan senjata darurat, dan mediator Mesir telah mengajukan proposal baru kepada Hamas,” kata sumber Mesir kepada Washington Post pada Jumat (21/3). Rincian proposal baru tersebut tidak jelas.
“Kairo dan Doha terus berupaya membujuk ‘Israel’ agar menghentikan perang. Namun upaya itu sia-sia… Kecuali AS bersedia menekan ‘Israel’ agar menghentikan serangannya, konflik kemungkinan akan terus berlanjut,” kata sumber Mesir lainnya, yang menyebut situasi itu sebagai “gambaran yang sangat suram.”
Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengatakan pekan ini bahwa negosiasi akan “terus berlanjut di bawah tekanan.” (zarahamala/arrahmah.id)