KABUL (Arrahmah.id) – Di tengah lonjakan deportasi migran Afghanistan dari Iran, Abdul Salam Hanafi, wakil administratif kantor perdana menteri, meminta pemerintah Iran untuk memperlakukan para migran Afghanistan secara bermartabat dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Dalam kunjungannya ke perbatasan Islam Qala di Herat, Hanafi berjanji bahwa harta benda dan properti yang ditinggalkan para migran Afghanistan di Iran akan dikembalikan ke negaranya.
Dia menyatakan, “Kewajiban Islam dan bertetangga mengharuskan Iran untuk berperilaku dengan cara yang Islami terhadap para migran. Tidak boleh ada penindasan, dan tidak boleh ada hak yang dilanggar. Tanggung jawab ini harus dihormati.”
Ia juga berjanji bahwa tidak akan ada hak-hak warga negara Afghanistan yang akan dilanggar di Iran dan menambahkan, “Masalah-masalah yang dihadapi oleh rekan-rekan kami di Iran, termasuk properti dan barang-barang yang ditinggalkan, akan didiskusikan dengan para pejabat Iran. Kami bekerja untuk memastikan bahwa tidak ada hak-hak warga Afghanistan yang ditolak atau harta benda mereka yang ditinggalkan.”
Sementara itu, para pejabat dari pemerintah caretaker mengatakan bahwa semua persiapan yang diperlukan telah dilakukan di perbatasan Islam Qala untuk menerima para migran yang kembali dan menyediakan berbagai layanan bagi mereka, lansir Tolo News (29/6/2025).
Shahabuddin Delawar, penjabat kepala Bulan Sabit Merah Afghanistan, mengatakan, “Layanan darurat, termasuk makanan dan air, telah diberikan kepada para migran. Kamp-kamp kesehatan darurat juga telah didirikan untuk pria dan wanita. Setelah identitas diverifikasi, kendaraan siap untuk mengangkut para migran ke provinsi masing-masing. Persiapan untuk pemukiman permanen mereka di provinsi-provinsi tersebut juga sedang berlangsung.”
Beberapa migran yang dideportasi mengeluhkan perilaku kekerasan yang dilakukan oleh polisi Iran. Menurut mereka, polisi menyita semua uang mereka dan memulangkan mereka dengan tangan hampa.
Fareed Ahmad, salah seorang yang dideportasi, mengatakan, “Saya menjadi migran di Iran selama empat setengah tahun. Permintaan saya kepada pemerintah adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan sehingga tidak ada pemuda Afghanistan yang terlantar dan bergantung pada orang asing, dan agar mereka dapat berkontribusi untuk membangun kembali negara mereka sendiri.”
Seorang deportan lainnya, Mohammad Reza, mengatakan, “Mereka memeras uang di sepanjang jalan, menghina dan mempermalukan kami. Saya mendesak pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.”
Dalam beberapa hari terakhir, deportasi dan pemulangan migran Afghanistan dari Iran meningkat tajam. Menurut laporan, hingga 30.000 orang memasuki negara itu setiap hari melalui perbatasan Islam Qala saja. (haninmazaya/arrahmah.id)