HERAT (Arrahmah.id) – Sebuah proyek pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 220 megawatt, yang menelan biaya hampir 70 juta dolar, diresmikan di Herat dengan kehadiran Mullah Abdul Ghani Baradar, wakil perdana menteri untuk urusan ekonomi Imarah Islam Afghanistan.
Proyek ini direncanakan untuk dilaksanakan dalam beberapa tahap, dengan tahap pertama memiliki kapasitas produksi lebih dari 40 megawatt.
Pada upacara peresmian, Baradar menyatakan bahwa proyek ini menandai langkah pertama menuju kemandirian negara dalam produksi listrik domestik yang berkelanjutan, lansir Tolo News (31/5/2025).
Mullah Abdul Ghani Baradar mengatakan: “Pencapaian yang signifikan ini merupakan langkah besar dalam perjalanan Afghanistan menuju swasembada di sektor energi; tidak hanya mengurangi ketergantungan negara ini terhadap listrik impor tetapi juga menciptakan peluang dalam perlindungan lingkungan, promosi energi yang berkelanjutan, dan adopsi teknologi baru.”
Menurut wakil perdana menteri, listrik impor dari negara tetangga mahal dan tidak dapat diandalkan.
Sementara itu, Da Afghanistan Breshna Sherkat (DABS) mengumumkan bahwa upaya-upaya sedang dilakukan untuk menghasilkan ratusan megawatt listrik dari berbagai sumber di seluruh negeri.
Abdul Bari Omar, kepala DABS, mengatakan: “Berbagai proyek untuk menghasilkan lebih dari 900 megawatt listrik telah ditandatangani oleh DABS, dan kami menyaksikan peresmian proyek-proyek ini setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan. 900 megawatt ini bukanlah akhir dari segalanya; kami juga telah memulai produksi energi dari batu bara.”
Sulaiman Jalil, kepala perusahaan kontraktor tersebut, menyatakan: “Investasi kami dimulai di provinsi-provinsi selatan Afghanistan, termasuk Kandahar dan Helmand, dan hari ini kami aktif di pabrik semen di utara serta proyek-proyek pembangkit listrik tenaga angin dan tenaga surya di Jalalabad dan Herat. Kami bekerja bersama saudara-saudara kami di Afghanistan untuk kemandirian Afghanistan dan kehidupan yang lebih baik bagi warga Afghanistan, dan perjalanan ini akan terus berlanjut.”
Para pejabat Imarah Islam menyatakan dalam acara tersebut bahwa hampir semua proyek infrastruktur di negara ini didanai oleh pendapatan domestik.
Din Mohammad Hanif, menteri ekonomi, mengatakan: “Setelah perubahan di negara ini, tujuh puluh persen bantuan luar negeri dihentikan. Saat ini, semua pengeluaran kami -baik proyek-proyek pembangunan, pembayaran gaji, atau pengeluaran lainnya- sepenuhnya didanai melalui pendapatan dan pemasukan domestik.”
Noor Ahmad Islamjar, Gubernur Herat, mengatakan: “Herat memiliki kebutuhan listrik yang signifikan, dan saya berharap bahwa dengan kehadiran Mullah Sahib dan kepala DABS, pembangunan gardu induk Pul-e-Hashemi -gardu induk yang sangat penting bagi Herat, Distrik Shindand, dan Provinsi Farah- akan dimulai sesegera mungkin.”
Saat ini, kebutuhan energi Herat dipenuhi melalui listrik impor dari Iran dan Turkmenistan. Setiap tahun, selama musim dingin dan panas, pasokan listrik impor dari kedua negara tersebut berkurang, yang menyebabkan penutupan ratusan pabrik di kawasan industri dan menciptakan masalah serius. (haninmazaya/arrahmah.id)