GAZA (Arrahmah.id) – Tentara “Israel” telah menewaskan puluhan warga Palestina dan melukai ratusan lainnya ketika mereka mencari bantuan di Gaza, menurut para pejabat Palestina.
Tentara menembaki kerumunan orang pada Selasa pagi (17/6/2025) saat mereka berkumpul di sepanjang jalan utama timur di kota selatan Khan Younis. Ini adalah yang terbaru dari serangkaian pembunuhan sejak Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung “Israel” dan Amerika Serikat (AS) meluncurkan operasi untuk mendistribusikan makanan di daerah kantong tersebut tiga pekan lalu.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa setidaknya 51 warga sipil tewas. Namun, jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah karena banyak korban luka berada dalam kondisi kritis, menurut petugas medis di Rumah Sakit Nasser, tempat para korban dirawat.
Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal, menambahkan bahwa lebih dari 200 orang terluka, meskipun laporan mengenai jumlah korban bervariasi.
“Pesawat tak berawak ‘Israel’ menembaki warga. Beberapa menit kemudian, tank-tank ‘Israel’ menembakkan beberapa peluru ke arah warga, yang menyebabkan sejumlah besar orang mati syahid dan terluka,” kata juru bicara tersebut, mencatat bahwa kerumunan orang berkumpul dengan harapan mendapatkan tepung, lansir Al Jazeera.
“Israel” tidak segera mengomentari insiden tersebut.
‘Dicabik-cabik’
Para penyintas menggambarkan pemandangan yang mengerikan.
“Puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, terbunuh, dan tidak ada yang bisa menolong atau menyelamatkan nyawa mereka,” ujar korban selamat Saeed Abu Liba (38), kepada Al Jazeera.
Yousef Nofal, yang menyebut peristiwa tersebut sebagai “pembantaian”, mengatakan bahwa ia melihat banyak orang tergeletak tak bergerak dan berdarah-darah di tanah. Tentara terus menembaki orang-orang saat mereka melarikan diri, katanya.
“Saya selamat karena keajaiban,” kata Mohammed Abu Qeshfa, yang menyebutkan adanya tembakan senjata berat dan penembakan tank.
Koresponden Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum, yang melaporkan dari Deir el-Balal di Gaza tengah, mengutip sumber medis di Rumah Sakit Nasser yang mengatakan bahwa banyak korban yang “tidak dapat diidentifikasi” karena mereka telah “tercabik-cabik” dalam serangan tersebut.
Insiden pada Selasa adalah yang terbaru dari serangkaian pembunuhan di sekitar pusat distribusi makanan GHF.
Organisasi swasta ini mulai mendistribusikan bantuan pada akhir Mei setelah “Israel” mencabut sebagian blokade makanan dan barang-barang penting lainnya selama hampir tiga bulan yang membuat 2,3 juta penduduk Gaza terancam kelaparan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok-kelompok kemanusiaan besar lainnya telah menolak untuk bekerja sama dengan GHF, dengan alasan bahwa GHF tidak dapat memenuhi tingkat kebutuhan di Gaza dan melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan dengan memberikan “Israel” kendali atas akses bantuan.
Setelah penembakan sebelumnya, yang hampir terjadi setiap hari sejak pusat-pusat bantuan dibuka, militer “Israel” mengatakan bahwa tentaranya telah melepaskan tembakan peringatan kepada apa yang mereka klaim sebagai tersangka yang mendekati posisi mereka, meskipun mereka tidak mengatakan apakah tembakan itu mengenai siapa pun.
Jumlah korban tewas yang mencapai lebih dari 50 orang menjadikan hari Selasa sebagai hari paling mematikan di sekitar lokasi GHF sejauh ini. Sebelumnya, rekor tersebut terjadi pada Senin, ketika 38 orang terbunuh, sebagian besar di daerah Rafah, sebelah selatan Khan Younis.
Laporan mengindikasikan lebih dari 300 orang telah terbunuh dan lebih dari 2.000 orang terluka ketika mencoba mengumpulkan bantuan dari GHF.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, mengecam “Israel” atas pembunuhan warga Palestina di dekat titik-titik pengiriman bantuan.
“Saya mendesak dilakukannya investigasi segera dan tidak memihak terhadap serangan mematikan terhadap warga sipil yang putus asa untuk mencapai pusat-pusat distribusi makanan,” katanya pada Senin. (haninmazaya/arrahmah.id)