TEL AVIV (Arrahmah.id) – Pemerintah ‘Israel’ mengesahkan rencana untuk membangun puluhan ruang perlindungan pribadi (bunker) di pusat-pusat kota wilayah Gush Dan, Tel Aviv, sebagai respons atas serangan udara Iran yang memasuki hari keempat berturut-turut. Rencana ini diumumkan oleh Otoritas Penyiaran ‘Israel’ dan bertujuan memberikan perlindungan efektif bagi warga sipil di wilayah tengah ‘Israel’.
Langkah tersebut diambil seiring dengan pernyataan resmi dari juru bicara militer Iran, Reza Sayyad, yang secara terbuka menyerukan kepada warga ‘Israel’ agar meninggalkan wilayah pendudukan demi keselamatan mereka. “Tinggalkan tanah pendudukan, itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan hidup kalian,” ujarnya, seraya menegaskan bahwa Iran tidak punya pilihan lain selain membalas serangan ‘Israel’ dengan keras dan menyakitkan.
Sayyad juga memperingatkan warga ‘Israel’ agar tidak membiarkan diri mereka dijadikan “tameng manusia oleh rezim kriminal.”
Sistem Perlindungan Sipil ‘Israel’ Dianggap Mapan, Tapi Tak Merata
‘Israel’ selama ini dikenal memiliki sistem perlindungan sipil yang canggih. Jenis perlindungan meliputi; “Mamad”: ruang aman di dalam unit apartemen individual, “Mamak”: bunker komunal di dalam bangunan apartemen, “Miklat”: bunker publik milik pemerintah kota, serta bunker portabel anti-ledakan yang digunakan dalam situasi darurat meskipun jumlahnya masih terbatas.
Setelah serangan Operasi Banjir Al-Aqsa oleh perlawanan Palestina pada Oktober 2023, banyak pertemuan pemerintah dan keamanan kini dilakukan di ruang-ruang bawah tanah yang diperkuat di Tel Aviv.
Namun, meski ‘Israel’ memiliki jaringan bunker yang luas, data dari Israel Hayom dan Komando Dalam Negeri menunjukkan bahwa sekitar 40% warga Tel Aviv tinggal di gedung-gedung tanpa bunker standar, dan ribuan bangunan tua bahkan tidak memiliki tempat perlindungan sama sekali.
Ketimpangan dan Kepanikan Sosial
Selama rentetan serangan dari Iran, banyak warga dilaporkan mengalami kesulitan akibat keterbatasan kapasitas bunker. Beberapa laporan bahkan menyebut adanya warga yang melarang tetangga masuk ke dalam bunker pribadi mereka karena keterbatasan ruang.
Ketimpangan ini memicu kemarahan publik di media sosial, terutama setelah satu rudal balistik Iran dilaporkan berhasil menembus bunker di Petah Tikva dan menewaskan empat orang. Seruan mendesak agar pemerintah membangun bunker yang benar-benar tahan rudal pun bermunculan.
Sebuah video yang viral dari kota Bnei Brak, di timur Tel Aviv, memperlihatkan seorang perempuan ‘Israel’ memprotes pihak berwenang karena bunker umum yang seharusnya dibuka justru terkunci. Dalam video lainnya, sebuah bunker publik bahkan terlihat dialihfungsikan sebagai gudang, memperlihatkan kelalaian dalam manajemen fasilitas vital saat krisis.
Menanggapi kepanikan ini, media lokal mulai memberikan porsi khusus dalam siaran mereka untuk mengedukasi masyarakat tentang prosedur keselamatan, membuka jalur tanya-jawab langsung dengan publik, dan menghadirkan psikolog untuk membantu warga menghadapi tekanan mental akibat situasi yang memburuk. (zarahamala/arrahmah.id)