TEL AVIV (Arrahmah.id) — Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Israel mengkritik tajam pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengancam akan memberikan sikap lebih keras terhadap Israel jika pengepungan di Jalur Gaza tidak dilonggarkan. Israel kemudian menuduhnya mengobarkan perang Salib dan mengecam keterbukaan Prancis untuk mengakui negara Palestina.
Dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir MSN (1/6/2025), Kemenlu Israel menuduh Macron memberi penghargaan kepada teroris alih-alih memberikan tekanan kepada mereka, dan mengklaim bahwa pengakuan semacam itu akan mendorong para aktor yang bermusuhan, alih-alih mencegah mereka.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot menanggapi melalui X (sebelumnya Twitter), membela posisi Macron.
“Gagasan negara Palestina melayani kepentingan keamanan Israel. Ini adalah satu-satunya alternatif dari perang yang tak berkesudahan,” kata Barrot.
Dia menambahkan bahwa Prancis mendukung pembentukan negara Palestina yang didemiliterisasi dalam kerangka kerja keamanan regional yang lebih luas yang mencakup Israel.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar membalas dengan menulis, “Anda tidak akan memutuskan untuk warga Israel apa kepentingan nasional kami.” Dia dengan tegas menyatakan penolakan Israel terhadap negara Palestina.
Ketegangan antara Israel dan negara-negara Barat telah meningkat di tengah meningkatnya tekanan.
Awal pekan ini, Prancis, Kanada, dan Inggris bersama-sama mengumumkan kesiapan mereka untuk mengakui negara Palestina sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk mencapai solusi dua negara, dan mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan mitra internasional untuk bergerak maju dalam mencapai tujuan tersebut.
Putaran terbaru operasi militer Israel di Gaza dilanjutkan pada tanggal 18 Maret 2025, setelah Israel menarik diri dari perjanjian gencatan senjata. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 4.000 warga Palestina telah dibunuh dan sekitar 11.000 lainnya terluka sejak saat itu. PBB melaporkan bahwa lebih dari 200.000 orang telah mengungsi selama periode ini.
Sejak awal perang pada 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Gaza memperkirakan sekitar 54.000 warga Palestina telah dibunuh Israel. (hanoum/arrahmah.id)