KAIRO (Arrahmah.id) – Otoritas Mesir mulai mendeportasi warga asing yang tiba di Kairo karena khawatir mereka akan bergabung dalam aksi “March of the Free”, konvoi sipil internasional yang bertujuan menembus pengepungan Gaza melalui aksi jalan kaki massal menuju perbatasan Rafah. Hal ini disampaikan oleh salah satu sumber dari tim penyelenggara aksi kepada Quds News Network.
Menurut sumber tersebut, sekitar 15 orang dideportasi dari Bandara Internasional Kairo pada Rabu pagi (11/6/2025), yang merupakan kedatangan gelombang pertama. Mayoritas dari mereka adalah warga negara Maroko, yang mengaku datang untuk urusan wisata atau kunjungan keluarga. Mereka sempat diinterogasi selama 30 menit, lalu ditolak masuk dan dipulangkan.
“Pihak berwenang Mesir khawatir mereka akan ikut dalam aksi long march,” ujar sumber itu. “Penindasan semakin meningkat.”
Sehari sebelumnya, dua warga Aljazair juga dicegah masuk dan dideportasi. Ketegangan meningkat hari ini setelah seorang perempuan secara terbuka menyatakan bahwa ia datang untuk ikut serta dalam aksi damai tersebut. Setelah pengakuan itu, jumlah deportasi bertambah. Petugas Mesir mulai membentak para penumpang dan bahkan mengancam beberapa orang dengan penahanan tanpa batas waktu. Banyak dari mereka yang memilih kembali secara sukarela karena takut.
Pihak penyelenggara memperkirakan pembatasan akan semakin ketat hari ini, karena gelombang besar peserta dari berbagai negara dijadwalkan tiba.
Gerakan Sipil Global
March of the Free merupakan bagian dari gerakan yang lebih besar, yaitu Global March to Gaza, sebuah inisiatif sipil damai dan independen yang tidak berafiliasi dengan kelompok politik manapun. Aksi ini menyerukan diakhirinya pengepungan ‘Israel’ atas Gaza dan pembukaan penuh akses kemanusiaan ke wilayah tersebut.
Delegasi dari 54 negara telah bergabung, dengan perkiraan total peserta mencapai 50.000 orang. Dari Tunisia saja, konvoi yang dinamai “Convoy of Steadfastness” diperkirakan akan mengirim sekitar 10.000 orang.
Reaksi dari Maroko
Sementara itu, di Bandara Mohammed V, Casablanca, polisi Maroko menerima keluhan dari para warga yang dideportasi. Para petugas di sana disebut mengecam tindakan Mesir, dan menyatakan akan bernegosiasi dengan Kairo agar para pelancong Maroko bisa kembali dan agar martabat mereka tetap dijaga.
Di antara mereka yang dideportasi termasuk aktivis politik dan jurnalis.
Meskipun tekanan semakin meningkat, para penyelenggara aksi menyatakan tekad mereka tidak akan surut. Mereka akan melanjutkan long march secara damai hingga pengepungan terhadap lebih dari dua juta warga Gaza benar-benar dihentikan. (zarahamala/arrahhmah.id)