TEHERAN (Arrahmah.id) — ‘Israel’ diduga menggunakan amunisi uranium terkuras dalam serangan terhadap sejumlah fasilitas penting di Teheran, Iran. Kabar itu diungkap kantor berita Fars pada hari Kamis (26/6/2025).
“Pengujian awal di lokasi serangan menunjukkan jejak uranium, tetapi ini belum merupakan kesimpulan akhir,” ungkap kantor berita tersebut.
Kantor berita itu menambahkan penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pada hari Senin malam bahwa ‘Israel’ dan Iran telah menyetujui gencatan senjata yang, setelah 24 jam, akan menjadi akhir resmi dari perang 12 hari tersebut.
Pada hari Selasa, Trump mengatakan gencatan senjata antara Iran dan ‘Israel’ sekarang berlaku, mendesak kedua belah pihak untuk tidak melanggarnya.
Situasi di Timur Tengah meningkat pada tanggal 13 Juni, ketika ‘Israel’ melancarkan serangan skala besar terhadap Iran, menuduhnya melaksanakan program nuklir militer rahasia.
Teheran membalas dengan menyerang target militer di dalam ‘Israel’.
Pada 22 Juni, Amerika Serikat menyerang tiga lokasi nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Pada hari Senin, Iran melancarkan serangan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar sebagai tanggapan atas serangan AS tersebut.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran menggarisbawahi keberhasilan rakyat dan Angkatan Bersenjata dalam mempertahankan negara dan mengalahkan musuh setelah tindakan agresi mereka.
“Tidak ada tindakan nekat yang dapat menggoyahkan tekad kuat bangsa Iran dan Angkatan Bersenjata,” ungkap Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi dalam pernyataan yang dirilis pada hari Kamis.
“Setelah tindakan agresi oleh rezim Zionis terhadap Republik Iran—yang dilakukan dengan pengetahuan, dukungan, dan sokongan dari Amerika Serikat yang kriminal—putra-putra Anda yang pemberani di Angkatan Bersenjata mengerahkan kekuatan dan kemampuan mereka untuk memberikan tanggapan yang menyakitkan dan luas terhadap musuh Zionis yang menyerang,” papar dia.
Dia menambahkan, “Meskipun sensor media dan propaganda yang meluas, bukti kehancuran yang tertinggal di wilayah pendudukan, dari selatan ke utara, menunjukkan pusat-pusat militer, strategis, dan penelitian yang penting telah menjadi abu.”
“Seperti yang telah berulang kali dinyatakan oleh para pejabat Republik Islam Iran, Iran tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi pemrakarsa perang. Namun, jika ada agresi yang diarahkan terhadap integritas teritorial bangsa kita, kita akan menentukan hasil dan kesimpulan dari perang dan invasi itu,” tegas dia.
Dia menjelaskan, “Dalam perang yang dipaksakan baru-baru ini, sebagai tambahan terhadap keterlibatan langsung AS, meskipun rezim Zionis berada di garis depan agresi terhadap Iran, kemampuan intelijen, logistik, dan operasional negara-negara Barat—terutama NATO—sepenuhnya melayani agresor.” (hanoum/arrahmah.id)