JAKARTA (Arrahmah.id) – Ketegangan yang meningkat di kawasan Timur Tengah, terutama akibat konflik antara Israel dan Iran, dikhawatirkan akan membawa dampak signifikan terhadap perekonomian global.
Ketua Umum Perkumpulan Analis Efek Indonesia, David Sutyanto, menyatakan bahwa eskalasi konflik di wilayah tersebut secara historis selalu memicu lonjakan harga minyak mentah dunia.
“Setiap kali ada eskalasi di Timur Tengah, secara historis harga minyak ini pasti di atas USD100 per barel. Saat ini sudah menyentuh USD70, padahal sebelumnya hanya sekitar USD60-an,” kata David, Selasa (24/6/2025).
David menjelaskan bahwa meskipun kenaikan harga saat ini belum terlalu signifikan, potensi lonjakan tetap terbuka, terlebih jika distribusi minyak terganggu.
Ia menambahkan bahwa penutupan jalur distribusi strategis bisa mendorong harga menyentuh USD100 per barel seperti yang pernah terjadi dalam konflik-konflik sebelumnya.
Namun, lebih dari sekadar kenaikan harga minyak, David mengingatkan akan efek berantai yang perlu diwaspadai, yakni potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat kenaikan harga komoditas secara umum.
“Jadi memang kenaikannya perlahan, tapi tetap saja kenaikan harga komoditas ini pasti akan diikuti oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Ini yang sebenarnya harus lebih diwaspadai daripada kenaikan harga minyak itu sendiri,” ujarnya.
Menurut David, kestabilan distribusi minyak global menjadi kunci untuk menekan risiko lanjutan dari konflik geopolitik ini, baik terhadap pasar komoditas maupun perekonomian dunia secara keseluruhan.
(ameera/arrahmah.id)