MOSKOW (Arrahmah.id) – Pemerintah Rusia memperingatkan Amerika Serikat agar tidak menggunakan senjata nuklir taktis terhadap Iran, menyebutnya sebagai perkembangan yang “katastrofik”. Peringatan ini muncul di tengah sinyal kuat dari Washington untuk ikut campur secara militer dalam mendukung “Israel” dalam konfrontasinya dengan Iran.
Kantor berita TASS Rusia mengutip juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, yang pada Jumat (20/07/2025) menyatakan bahwa penggunaan senjata nuklir oleh Amerika di Iran akan menjadi perkembangan yang sangat berbahaya.
Pernyataan Peskov tersebut merupakan tanggapan atas laporan-laporan media yang menyebut kemungkinan skenario semacam itu. Ia menambahkan bahwa Moskow sangat menentang bahkan “sekadar pemikiran” AS untuk mendukung “Israel” secara militer melawan Iran.
Dalam pernyataan lain, Peskov menegaskan bahwa sekadar membicarakan rencana pembunuhan terhadap Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei adalah hal yang “tidak dapat diterima”. Ia menekankan bahwa respons Rusia atas tindakan tersebut akan “sangat negatif”, karena langkah semacam itu “dapat menyeret kawasan ke arah yang tidak diketahui.”
Tepi Jurang Perang
Sementara itu, kantor berita Reuters melaporkan bahwa Kremlin memperingatkan bahwa kawasan Timur Tengah tengah “tergelincir ke dalam jurang ketidakstabilan dan perang.” Moskow mengaku sangat prihatin atas perkembangan terbaru dan siap menjadi mediator jika diperlukan.
Rusia, yang memiliki hubungan dekat dengan Iran dan juga menjaga hubungan strategis dengan “Israel”, mendesak Amerika Serikat untuk tidak melancarkan serangan ke Iran. Moskow menyerukan penyelesaian diplomatik terhadap krisis program nuklir Teheran.
Pada hari Kamis, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyampaikan peringatan langsung kepada Washington: “Kami ingin memperingatkan secara khusus agar Amerika Serikat tidak melakukan intervensi militer. Itu akan menjadi langkah yang sangat berbahaya dengan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi.”
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang secara terbuka mendukung “Israel”, tidak menutup kemungkinan akan menyeret negaranya ke dalam perang untuk menggagalkan program nuklir Iran. Trump juga menolak tawaran Rusia untuk menjadi penengah, dan menyatakan bahwa ia telah mengatakan kepada Presiden Vladimir Putin agar menyelesaikan perang Ukraina terlebih dahulu sebelum berbicara soal perdamaian di kawasan lain.
Menanggapi pernyataan itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa penolakan Trump “bukanlah urusannya,” dan menegaskan bahwa layanan mediasi tersebut “dapat diterima oleh negara-negara yang secara langsung terlibat dalam konflik saat ini.”
Sebelumnya pada hari Kamis, Kremlin mengungkapkan bahwa Putin telah mengadakan percakapan via telepon selama satu jam dengan Presiden China Xi Jinping, yang dalam percakapan itu mereka berdua mengutuk serangan “Israel” terhadap Iran.
Sejak fajar 13 Juni lalu, “Israel” dengan dukungan Amerika Serikat melancarkan serangan besar-besaran ke Iran, mencakup pemboman fasilitas nuklir, pangkalan rudal, serta pembunuhan terhadap komandan militer dan ilmuwan nuklir Iran. Serangan tersebut telah menewaskan 224 orang dan melukai hampir 2.000 lainnya, sebagian besar warga sipil.
Sebagai balasan, Teheran meluncurkan rudal balistik dan drone ke berbagai wilayah “Israel”, yang sejauh ini telah menewaskan sekitar 24 orang dan melukai ratusan lainnya.
Ketegangan terus meningkat, sementara berbagai laporan dari media Barat dan “Israel” menyebut kemungkinan keterlibatan militer langsung Amerika Serikat bersama Tel Aviv dalam serangan lanjutan terhadap Iran.
(Samirmusa/arrahmah.id)