BEKASI (Arrahmah.id) – Dalam sebuah pernyataan audio yang diterima oleh Arrahmah.id Selasa (17/06/2025), Ustadz Farid Ahmad Okbah—seorang dai senior Ahlus Sunnah yang dikenal vokal dalam membongkar penyimpangan Syiah—mengupas secara mendalam hubungan Iran dan “Israel”, serta pengkhianatan Iran terhadap umat Islam Ahlus Sunnah dalam berbagai konflik di dunia Islam.
Beliau memulai dengan menegaskan bahwa konflik antara Iran dan “Israel” bukanlah permusuhan ideologis murni. “Sebelum pertempuran saat ini, Iran dan ‘Israel’ pernah bersahabat dan bekerja sama secara luar biasa,” ungkapnya. Hal itu diperkuat dengan penelitian akademisi Amerika serta skandal Iran-Contra (Iran Gate) yang membuktikan adanya kerja sama militer antara Iran, “Israel”, dan Amerika Serikat.
Pengkhianatan Iran di Irak dan Suriah
Ustadz Farid menyebut keterlibatan Iran dalam agresi terhadap umat Islam Ahlus Sunnah di Irak dan Suriah sebagai “pengkhianatan besar.” Saat Amerika Serikat kewalahan menghadapi mujahidin Sunni di Irak, Iran—melalui perwakilannya Ali Sistani—menyambut tawaran kerja sama dari AS untuk menghancurkan perlawanan Ahlus Sunnah. Hasilnya, kekuasaan diserahkan kepada kelompok Syiah di Irak.
Lebih dahsyat lagi, kata beliau, adalah tragedi di Suriah. Iran mendukung rezim Bashar al-Assad dan mengirim pasukan Syiah dari Hizbullah, Irak, Afghanistan, hingga Pakistan. Mereka bersatu dengan Rusia untuk menggempur pejuang Ahlus Sunnah.
Namun, dalam skenario yang tak disangka, kekuatan Islam bangkit di bawah kepemimpinan Ahmad Asy-Syaraa (dulunya dikenal sebagai Muhammad al-Jaulani). Pemerintahan Asy-Syaraa berhasil mengusir pasukan rezim dan sekutunya hingga Assad melarikan diri dan kudeta Iran-“Israel” terhadap Suriah gagal total.
Intelijen Iran Dibobol Mossad
Ustadz Farid menyebut bahwa kematian para ilmuwan dan komandan militer Iran akibat operasi “Israel” menunjukkan bahwa Iran “terbuka secara intelijen”, bahkan dalam hitungan menit musuh bisa menyerang dengan presisi. Sebaliknya, pejuang Gaza yang berada dalam wilayah kecil, mampu mempertahankan rahasia dan keamanan mereka selama lebih dari 20 bulan perang.
“Ini bukan sekadar persoalan teknologi, tapi mental iman,” tegasnya.
Iran Tidak Membela Palestina, Hanya Membela Diri
Menurut Ustadz Farid, tindakan militer Iran terhadap “Israel” tidak bisa disebut sebagai pembelaan terhadap Islam atau Baitul Maqdis. “Itu hanya pembelaan terhadap harga diri karena diserang. Mereka tidak peduli dengan penderitaan umat Islam di Gaza atau Palestina,” ujarnya.
Penyimpangan Syiah dalam Akidah
Sebagai ulama Ahlus Sunnah, Ustadz Farid kembali menegaskan penyimpangan Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah (Ja’fariyah). Di antara penyimpangan yang beliau paparkan adalah:
- Perbedaan rukun iman dan Islam dengan Ahlus Sunnah.
- Anggapan bahwa loyalitas kepada Imam (wilayah) lebih utama dari salat, puasa, zakat, dan haji.
- Pandangan bahwa membaca “Amin” dalam salat membatalkan salat.
- Kesesuaian pemikiran Syiah dengan Yahudi, yang bahkan dibukukan dalam literatur seperti Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir Rafidhati lil Yahud.
Beliau mengingatkan, pendiri Syiah disebut-sebut berasal dari kalangan Yahudi, yakni Abdullah bin Saba, meski sebagian kalangan mencoba menyangkalnya.
Seruan untuk Membela Ahlus Sunnah dan Kaum Tertindas
Meski keras terhadap Syiah sebagai mazhab, Ustadz Farid menyeru agar kaum Muslimin tetap membela rakyat Iran yang awam, terutama 40% penduduk Sunni di sana yang turut mengalami kezaliman. Beliau menutup dengan seruan persatuan umat Islam melawan kejahatan Zionis-Yahudi dan musuh-musuh Islam di berbagai penjuru dunia, serta memperbaiki iman dan akidah sebagai pondasi kemenangan.
Tentang Ustadz Farid Ahmad Okbah
Farid Ahmad Okbah adalah seorang ulama Ahlus Sunnah kelahiran Bangil, Jawa Timur, 5 Mei 1963. Beliau merupakan pendiri Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), dikenal luas atas dakwahnya yang tegas terhadap penyimpangan Syiah dan pembelaan terhadap Ahlus Sunnah. Ia juga pernah memimpin Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) sebelum menyatu dengan Partai Ummat.
Ustadz Farid pernah menghadapi kontroversi karena dituduh terlibat dalam jaringan Jamaah Islamiyah dan sempat ditahan selama tiga tahun, namun kini telah bebas bersyarat. Ia tetap aktif dalam dakwah dan menulis buku-buku seputar akidah, perlawanan terhadap Syiah, serta kebangkitan umat Islam.
(Samirmusa/arrahmah.id)