JAKARTA (Arrahmah.id) — Ustaz Khalid Basalamah akhirnya angkat bicara menanggapi narasi sejumlah media yang menyebut bahwa dirinya diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam penjelasan lengkapnya, Ustaz Khalid membantah bahwa dirinya diperiksa sebagai tersangka, dan menegaskan bahwa ia hanya memenuhi undangan KPK untuk memberikan informasi seputar penyelenggaraan haji, sebagai warga negara yang patuh terhadap pemerintah.
“Belakangan ini sempat ramai narasi pemberitaan di media tentang saya. Banyak media membuat tajuk berita: ‘KPK Periksa Ustaz Khalid Basalamah’. Ini tentu menimbulkan pertanyaan di tengah masyarakat, termasuk para jemaah,” ujar beliau dalam sebuah majelis ilmu yang disiarkan secara daring.
Menurut Ustaz Khalid, pemberitaan tersebut menimbulkan berbagai persepsi dan kesalahpahaman. Ia mengajak masyarakat untuk memahami duduk persoalan dengan kepala dingin dan menjunjung prinsip kehati-hatian dalam menerima informasi.
“Konsep dasar Ahlus Sunnah wal Jamaah itu kita taat pada pemerintah. Dalilnya jelas, Surah An-Nisa ayat 59: ‘Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul, dan kepada pemimpin di antara kalian.’ Ketika saya diundang oleh KPK, saya datang sebagai bentuk ketaatan,” tegas beliau.
Lebih lanjut, Ustaz Khalid menyatakan bahwa dirinya bukan tersangka dan tidak memiliki kaitan apa pun dengan kasus korupsi. “Saya datang bukan sebagai tersangka. Kalau tersangka, antum pasti tahu prosedurnya seperti apa. Saya tidak memakai rompi oranye, tidak ada foto saya di media KPK. Tidak ada pernyataan resmi dari KPK yang menyebut saya sebagai tersangka.”
Beliau menekankan bahwa dirinya tidak memiliki jabatan dalam pemerintahan atau di Kementerian Agama, melainkan seorang dai dan pelaku usaha travel haji dan umrah. “Saya bukan Menteri Agama, bukan juga stafnya. Saya hanya praktisi lapangan yang Allah amanahkan untuk melayani umat di bidang haji.”
Kehadiran beliau di KPK semata-mata untuk memberikan keterangan sesuai kebutuhan penyelidikan. “Saya tanya langsung ke penyelidik: ‘Saya ini tersangka?’ Mereka jawab, ‘Bukan, Ustaz. Kami hanya butuh informasi dari Ustaz.’ Maka saya datang, saya jelaskan sebatas yang saya tahu. Itu saja.”
“Kenapa Nama Saya Selalu Dibesarkan?”
Ustaz Khalid juga menyoroti kecenderungan media yang menurutnya terlalu membesarkan namanya dalam berita-berita tertentu. “Entah kenapa, kalau nama Khalid Basalamah sudah naik, seperti gula dan madu, langsung ramai. Ada yang bikin karikatur seolah saya diborgol. Ini kebodohan. Tidak seperti itu faktanya.”
Ia mengingatkan bahwa bangsa Indonesia adalah satu kesatuan, satu rumah besar, dan tidak semestinya saling menyerang hanya karena tajuk-tajuk berita yang provokatif.
“Kita ini satu negara, satu bangsa. Seharusnya saling mendukung. Kalau ada program pemerintah yang baik, kita dukung. Kalau ada yang salah, kita luruskan. Tapi bukan dengan saling memprovokasi. Ini bisa melemahkan bangsa sendiri.”
“Media Harus Profesional dan Edukatif”
Dalam pesannya kepada media, Ustaz Khalid meminta agar pemberitaan dilakukan secara profesional dan mendidik masyarakat, bukan sekadar mengejar klik.
“Media harus profesional. Jangan hanya cari perhatian dengan judul-judul yang menggelitik. Tulis yang benar, sebagaimana adanya. Supaya masyarakat mendapat informasi yang benar, bukan provokatif.”
Beliau juga mengutip Surah Al-Hujurat ayat 6 sebagai pedoman dalam menyikapi informasi yang simpang siur:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Ustaz Khalid mengingatkan bahwa penyebaran berita yang tidak benar bisa berdampak buruk pada ukhuwah dan persatuan bangsa.
“Saya sudah kenyang menghadapi pemberitaan begini. Ada sedikit saja isu, nama saya langsung mencuat. Padahal saya tidak melakukan pelanggaran. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Usaha kami insyaallah halal, tidak terlibat dalam pelanggaran apa pun.”
“Kita Harus Dewasa dan Kuat sebagai Bangsa”
Menutup pernyataannya, Ustaz Khalid mengajak masyarakat untuk menjadi lebih dewasa dan tidak mudah tersulut oleh pemberitaan yang belum tentu benar.
“Kalau kita terus mudah terprovokasi, bangsa ini rapuh. Dulu Belanda bisa menjajah kita karena kita mudah diadu domba. Jangan ulangi kesalahan itu. Kita harus kuat dan bersatu.”
Beliau menegaskan bahwa tidak ada waktu yang perlu dihabiskan untuk mengklarifikasi hal-hal yang tidak penting.
“Ada banyak yang tanya, ‘Kenapa Ustaz tidak klarifikasi?’ Klarifikasi apa? Saya tidak melanggar apa pun. Untuk apa membuang umur menjawab berita yang tidak benar?”
Di akhir penyampaiannya, Ustaz Khalid mendoakan agar masyarakat dan seluruh umat Islam dijauhkan dari fitnah, dan tetap menjaga ukhuwah, kedewasaan, dan semangat menegakkan kebenaran.
“Semoga Allah menjaga kita semua dari fitnah, dan memberi kekuatan untuk terus mendukung kebaikan di negeri ini.”
(Samirmusa/arrahmah.id)