TEL AVIV (Arrahmah.id) – Dengan jalur udara ditutup dan bandara ‘Israel’ berada di bawah pembatasan ketat, semakin banyak pemukim ‘Israel’ yang berusaha melarikan diri lewat jalur laut, demikian dilaporkan Haaretz.
Pemerintah ‘Israel’ telah mengeluarkan instruksi baru yang melarang warganya yang berada di dalam negeri untuk menaiki pesawat evakuasi. Penerbangan penyelamatan kini dibatasi hanya untuk warga ‘Israel’ yang berada di luar negeri.
Aturan ini memicu gelombang kepanikan. Dalam beberapa hari terakhir, pelabuhan-pelabuhan kecil di Herzliya, Haifa, dan Ashkelon berubah menjadi titik keberangkatan bagi ratusan orang yang mencoba melarikan diri dari wilayah pendudukan menggunakan kapal pesiar pribadi.
Di berbagai forum daring, mulai bermunculan tawaran “jalur evakuasi alternatif” menuju Siprus dan berbagai destinasi lain. Para penumpang rela membayar hingga 6.000 shekel (lebih dari 27 juta rupiah) untuk satu tempat di kapal kecil. Namun banyak dari kapal-kapal tersebut dilaporkan tidak memiliki perlengkapan keselamatan memadai, tak diasuransikan, dan tidak berizin untuk perjalanan internasional.
Para kapten kapal mengungkapkan bahwa mayoritas penumpang enggan berbicara kepada media dan menolak mengungkapkan identitas mereka. Beberapa di antara mereka mengaku pergi untuk bertemu keluarga di luar negeri, sementara lainnya menyebutkan bahwa mereka pergi karena ketakutan. Sebagian kecil bahkan secara terbuka mengatakan mereka melarikan diri dari ancaman balasan Iran yang semakin besar.
Di pelabuhan Herzliya, seorang perempuan berkata kepada Haaretz: “Ada banyak kapal yang berangkat. Orang-orang benar-benar panik.” (zarahamala/arrahmah.id)