ST. PETERSBURG (Arrahmah.id) — Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan pidato bersejarah dalam Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg yang digelar di Rusia, Jum’at (20/06/2025). Dalam forum internasional itu, Prabowo menegaskan komitmen Indonesia terhadap prinsip non-blok, mendorong keadilan ekonomi global, serta mengenang kisah rekonsiliasinya dengan eks pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Muzakkir Manaf.
Di hadapan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin negara-negara besar seperti China, Afrika Selatan, dan Bahrain, Prabowo tampil percaya diri membawa pesan dari Indonesia. Ia menyampaikan bahwa dunia sedang bergerak menuju tata dunia multipolar dan menekankan pentingnya kolaborasi di tengah situasi global yang makin rumit.
“Kebijakan luar negeri Indonesia sangat sederhana: seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Kami ingin bersahabat dengan semua pihak,” kata Prabowo.
Soroti Ketimpangan Global, Tawarkan Ekonomi Jalan Tengah
Dalam pidatonya, Prabowo menyampaikan kritik terhadap dominasi ekonomi pasar bebas yang selama ini menurutnya tidak menghasilkan pemerataan kekayaan. Ia menilai bahwa sistem kapitalisme neoliberal yang dianut oleh banyak negara berkembang justru menciptakan ketimpangan.
“Pertumbuhan ekonomi 5% selama bertahun-tahun tak menjamin kesejahteraan rakyat. Kekayaan justru menumpuk di tangan segelintir orang,” ujarnya.
Sebagai solusi, ia menawarkan model ekonomi jalan tengah, yang mengambil sisi terbaik dari kapitalisme — seperti inovasi dan efisiensi — serta dari sosialisme — yakni keadilan dan intervensi negara untuk mengurangi kemiskinan.
“Kami ingin pemerintahan yang aktif membantu rakyat, bukan membiarkan mereka ditelan oleh sistem yang hanya menguntungkan elit,” tegasnya.
Capaian Pangan dan Pemerintahan Antikorupsi
Presiden Prabowo juga memamerkan capaian penting pemerintahannya dalam waktu singkat. Ia menyebut bahwa produksi beras dan jagung naik 50 persen dalam tujuh bulan masa jabatannya, dan Indonesia kini memiliki cadangan beras 4,4 juta ton — tertinggi dalam sejarah.
“Kami mencabut regulasi yang tidak efisien, melawan korupsi dengan keras, dan hasilnya terlihat cepat,” katanya.
Ia menekankan bahwa pemerintahan bersih adalah syarat mutlak bagi pembangunan yang adil dan cepat.
Kisah Damai dari Aceh: Dari Lawan Jadi Kawan
Bagian paling menyentuh dari pidato Prabowo adalah saat ia menceritakan kisah damai dengan mantan musuh politiknya di Aceh.
“Kami pernah berperang melawan Gerakan Aceh Merdeka selama lebih dari 30 tahun. Tapi kini, mantan panglima GAM, Muzakkir Manaf, telah bergabung dengan partai saya dan menjadi Gubernur Aceh. Saya sendiri menjadi Presiden Indonesia,” ungkap Prabowo, disambut tepuk tangan para peserta.
Ia menyebut semangat rekonsiliasi itu terinspirasi dari tokoh besar Afrika Selatan, Nelson Mandela, yang memilih berdamai dengan musuh-musuh politiknya setelah keluar dari penjara.
“Sebagai mantan tentara, saya tahu nilai damai itu sangat tinggi. Lebih baik bicara daripada saling membunuh,” katanya penuh emosi.
Puji Rusia dan China, Tegaskan Kemandirian Indonesia
Prabowo juga menyampaikan apresiasinya kepada Rusia dan China yang dianggapnya tidak memakai standar ganda dalam berhubungan dengan negara-negara berkembang.
“Rusia dan China selalu berpihak kepada yang tertindas. Mereka konsisten membela keadilan,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa Indonesia kini bukan lagi peminta-minta bantuan, tetapi mitra sejati dalam kemitraan global. Salah satu bentuk kemandirian itu adalah pembentukan Danantara — Dana Kekayaan Negara yang ia sebut sebagai tabungan energi masa depan.
“Danantara kini mengelola aset sebesar 1.000 miliar dolar AS, dan tahun ini kami memiliki dana investasi sebesar 18 miliar dolar,” ungkapnya.
Seruan Perdamaian dan Dunia Multipolar
Menutup pidatonya, Prabowo menyuarakan keprihatinan terhadap meningkatnya konflik global, terutama di Timur Tengah. Ia menyerukan penyelesaian damai dan menegaskan bahwa Indonesia akan terus menjadi negara non-blok yang menjunjung kerja sama dan dialog.
“Dunia sudah berubah. Era dominasi satu kutub telah lewat. Kita harus memilih jalan kerja sama dan kemitraan untuk mencapai kemakmuran bersama,” pungkasnya.
Pidato Prabowo Subianto dalam forum ini tak hanya mencerminkan arah kebijakan ekonomi dan luar negeri Indonesia, tetapi juga membawa pesan damai, keadilan, dan rekonsiliasi yang kuat dari negeri kepulauan terbesar di dunia.
(Samirmusa/arrahmah.id)