Oleh: Rimah ad-Dalqamuni
(Arrahmah.id) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan pada Sabtu kemarin melalui platform media sosialnya, Truth Social, bahwa India dan Pakistan telah sepakat melakukan gencatan senjata “menyeluruh dan segera.” Pernyataan ini dikonfirmasi oleh kedua belah pihak, setelah terjadi baku tembak artileri dan serangan roket selama empat hari yang menewaskan 60 orang dari kedua pihak, memicu kekhawatiran akan pecahnya perang besar antara dua negara bersenjata nuklir ini.
Namun, kurang dari 24 jam setelah pengumuman tersebut, kedua negara bertetangga itu saling menuduh telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang tampaknya sangat rapuh. Apakah gencatan senjata ini akan bertahan?
Berikut penjelasan terkait poin-poin utama dalam kesepakatan ini:
Bagaimana gencatan senjata ini dicapai dan siapa yang memulainya?
Kesepakatan gencatan senjata antara India dan Pakistan yang diumumkan pada hari Sabtu kemarin dicapai melalui kombinasi antara komunikasi militer langsung dan mediasi internasional yang signifikan.
Berdasarkan laporan yang ada, Direktur Jenderal Operasi Militer Pakistan menghubungi mitranya dari India melalui sambungan telepon pada Sabtu sore. Dalam percakapan penting ini, kedua komandan militer sepakat untuk menghentikan sepenuhnya seluruh operasi tembakan dan aktivitas militer di darat, udara, maupun laut mulai pukul lima sore waktu setempat pada hari itu.
Meskipun panggilan langsung dari pihak militer Pakistan menjadi pemicu utama kesepakatan, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan bahwa kesepakatan ini juga merupakan hasil dari negosiasi intensif yang dilakukannya bersama Wakil Presiden J.D. Vance dengan Perdana Menteri India Narendra Modi dan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, serta sejumlah pejabat tinggi lainnya, demi meredakan situasi yang memburuk dengan cepat.
Apakah Washington menekan India dan Pakistan untuk mematuhi kesepakatan?
Washington secara aktif mendorong India dan Pakistan untuk mematuhi kesepakatan gencatan senjata ini, yang terjadi setelah empat hari bentrokan militer sengit yang memicu kekhawatiran global. Seperti disebutkan sebelumnya, Amerika Serikat memainkan peran penting dalam memediasi gencatan senjata tersebut.
Laporan menyebutkan bahwa AS mendorong deeskalasi, bahkan beberapa pihak mengklaim bahwa Washington “secara praktis memerintahkan” Pakistan untuk menggunakan jalur komunikasi militer darurat guna menenangkan ketegangan, setelah terdeteksi sinyal peringatan tertinggi terkait aset strategis Pakistan.
Selain itu, sejumlah laporan juga menyebutkan bahwa Amerika Serikat mengaitkan pencairan sementara pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) kepada Pakistan dengan persetujuan mereka untuk segera menghentikan tembakan.
Mengingat rapuhnya situasi dan laporan awal tentang pelanggaran dari kedua pihak tak lama setelah pengumuman, sangat mungkin Washington akan melanjutkan upaya diplomatiknya untuk menekan kedua negara agar menjaga gencatan senjata dan mencegah eskalasi lebih lanjut, serta mendorong dialog terkait isu-isu yang lebih luas.
Apakah India menerima kesepakatan ini karena takut kalah setelah sejumlah pesawatnya jatuh?
Meskipun ada laporan—terutama dari sumber-sumber Pakistan—yang menyebut bahwa India mengalami kerugian pesawat selama bentrokan militer terakhir, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa India menerima gencatan senjata karena takut kalah akibat kerugian tersebut.
India sendiri belum secara resmi mengakui adanya kerugian pesawat, dan justru menyoroti operasi militernya—termasuk “Operasi Sindhur”—sebagai aksi balasan yang sukses terhadap infrastruktur terorisme dan kemampuan militer Pakistan.
Kemungkinan besar, keputusan India untuk menerima gencatan senjata dilandasi oleh beberapa faktor, termasuk keinginan untuk meredakan situasi berbahaya yang berpotensi berkembang menjadi konflik besar antar dua negara nuklir, serta adanya upaya mediasi internasional yang signifikan (terutama dari Amerika Serikat), atau karena pemerintah New Delhi menilai bahwa tujuan pembalasan atas serangan teroris sebelumnya di Pahalgam telah cukup tercapai.
Apa keuntungan bagi Washington dari kesepakatan ini?
Melalui gencatan senjata ini, Amerika Serikat berkontribusi dalam mencegah pecahnya konflik yang lebih luas dan berpotensi nuklir di Asia Selatan, sehingga terhindar dari dampak kemanusiaan, ekonomi, dan lingkungan yang bisa sangat besar—sebuah pencapaian keamanan global yang signifikan.
Selain itu, keberhasilan AS dalam mendorong kesepakatan ini memperkuat citranya sebagai pihak diplomatik yang aktif dan berpengaruh dalam menangani krisis internasional yang kompleks.
Gencatan senjata ini juga memberikan kontribusi terhadap stabilitas kawasan, yang merupakan kepentingan strategis utama bagi Amerika Serikat. Ketegangan yang mereda di Asia Selatan memungkinkan Washington lebih fokus mengejar tujuan geopolitiknya yang lebih luas, mengingat India dipandang sebagai aktor utama dalam strategi AS di kawasan Indo-Pasifik, serta sebagai penyeimbang terhadap pengaruh China yang terus berkembang. Jika terjadi perang antara India dan Pakistan, hal ini tentu akan mengganggu kemitraan tersebut dan menyita perhatian serta sumber daya India.
Apakah gencatan senjata antara India dan Pakistan akan bertahan?
Kesepakatan gencatan senjata antara India dan Pakistan menghadapi masa depan yang tidak pasti, karena keberlangsungannya bergantung pada berbagai faktor penting. Sejarah mencatat bahwa kesepakatan semacam ini antara kedua negara bersenjata nuklir tersebut sering kali rapuh.
Laporan yang diterbitkan pada Sabtu malam, hanya beberapa jam setelah pengumuman kesepakatan, sudah menyebutkan dugaan pelanggaran dari kedua belah pihak, termasuk tembakan artileri dan keberadaan drone, yang menunjukkan adanya tantangan besar.
Meskipun para pejabat dari India dan Pakistan menyatakan komitmen mereka terhadap gencatan senjata, namun rasa saling tidak percaya yang mengakar dan kompleksitas persoalan mendasar—terutama terkait isu Kashmir dan terorisme lintas batas—masih menjadi hambatan besar.
Nada retorika yang keras sebelum kesepakatan, serta perbedaan dalam menafsirkan ruang lingkup kesepakatan—khususnya mengenai perundingan ke depan—juga berpotensi memperlemah gencatan senjata ini.
Namun, kemungkinan besar aktor-aktor internasional—terutama Amerika Serikat yang memainkan peran utama dalam mediasi—akan terus memberikan tekanan diplomatik agar gencatan senjata tetap bertahan.
Meskipun masyarakat sipil di wilayah perbatasan merasakan harapan dan kelegaan akan adanya perdamaian, para pengamat tetap berhati-hati dan menilai bahwa gencatan senjata ini hanyalah “solusi sementara” bagi hubungan yang sangat terluka, dan bahwa kemungkinan bentrokan kembali masih tinggi jika isu-isu mendasar tidak segera diselesaikan.
Artikel ini diterjemahkan dari Al Jazeera Arabic dengan judul asli: “5 As’ilah Tasyrah Waqf Itlaq an-Nar Bayna al-Hind wa Bakistan wa Mashiruh” (5 Pertanyaan yang Menjelaskan Gencatan Senjata antara India dan Pakistan serta Nasibnya).
(Samirmusa/arrahmah.id)