BAMAKO (Arrahmah.id) — Perusahaan tentara bayaran Rusia, Wagner Group, mengumumkan penarikan pasukannya dari Mali pada hari Jumat (6/6/2025), mengakhiri operasi selama lebih dari tiga tahun di negara Afrika Barat tersebut.
Dalam sebuah pernyataan di Telegram, seperti dilansir Anadolu Agency (7/6), Wagner Group mengatakan misi telah selesai dan PMC Wagner akan pulang ke rumah.
“Kami membantu para patriot lokal menciptakan pasukan yang kuat dan disiplin yang mampu mempertahankan tanah mereka. Semua ibu kota regional telah kembali ke kendali otoritas yang sah,” kata kelompok tersebut.
“Kami telah membunuh ribuan militan Islam dan para ekstrimis selama bertahun-tahun,” klaimnya atas peperangan melawan cabang kelompok militan Islamic State dan al Qaeda di wilayah itu.
Korps Afrika, pasukan paramiliter yang dikendalikan negara Rusia, mengatakan di saluran Telegramnya pada hari Jumat bahwa kepergian Wagner tidak akan membawa perubahan apa pun dan kontingen Rusia akan tetap berada di Mali.
Menurut pejabat AS, ada sekitar 2.000 tentara bayaran di Mali. Tidak jelas berapa banyak yang bersama Wagner dan berapa banyak yang menjadi bagian dari Africa Corps.
Namun Beverly Ochieng, pengumuman penarikan pasukan Wagner muncul saat tentara Mali dan tentara bayaran Rusia menderita kerugian besar selama serangan oleh kelompok militan JNIM yang terkait dengan al-Qaeda dalam beberapa minggu terakhir.
Pekan lalu, militan JNIM menewaskan puluhan tentara dalam sebuah serangan di pangkalan militer di Mali tengah.
Rida Lyammouri, seorang pakar Sahel di Policy Center for the New South yang berbasis di Maroko, mengatakan kerugian besar tersebut mungkin telah menyebabkan kemungkinan berakhirnya misi Wagner.
“Kurangnya pengumuman resmi dan bersama dari otoritas Mali dan Wagner mengindikasikan kemungkinan pertikaian internal yang menyebabkan keputusan mendadak ini. Secara bersamaan, ini dapat menunjukkan kerangka kerja baru untuk kehadiran Rusia di negara itu,” katanya.
Mengganti Wagner dengan pasukan Korps Afrika kemungkinan akan mengalihkan fokus Rusia di Mali dari pertempuran bersama tentara Mali ke pelatihan, kata Ulf Laessing, kepala program Sahel di Yayasan Konrad Adenauer.
“Africa Corps memiliki jejak yang lebih ringan dan lebih berfokus pada pelatihan, penyediaan peralatan, dan pemberian layanan perlindungan. Mereka bertempur lebih sedikit daripada tentara bayaran Wagner ‘tipe Rambo’,” kata Laessing. (hanoum/arrahmah.id)