NEW YORK (Arrahmah.id) – Perwakilan Amerika Serikat untuk PBB, Dorothy Shea, menjadi sorotan dunia setelah melakukan kesalahan verbal fatal dalam pernyataannya di Dewan Keamanan PBB. Dalam pidato yang dimaksudkan untuk mengecam Iran, Shea tanpa sadar menyebut, “Pemerintah ‘Israel’ juga telah menyebarkan kekacauan, teror, dan penderitaan di seluruh kawasan…” Ia terdiam sesaat, lalu buru-buru memperbaikinya dengan berkata, “Maksud saya, pemerintah Iran…” Namun klip pernyataan awalnya sudah terlanjur tersebar dan viral di media sosial, memicu gelombang komentar, sindiran, dan analisis dari berbagai belahan dunia.
Jurnalis Rusia, Margarita Simonyan, menyindir bahwa kebijakan luar negeri sering kali menjadi pemicu utama slip Freudian pejabat Amerika. Pengamat asal Turki, Furkan Gözükara, menanggapi dengan sarkasme, “Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, utusan AS di PBB mengatakan yang sebenarnya.” Sementara Adam Ismail menyebut momen ini sebagai “ibu dari semua slip lidah Freudian,” karena menjadikan pernyataan Shea sebagai pengakuan tersirat bahwa ‘Israel’ adalah negara teroris, dan itu terekam secara resmi dalam forum PBB.
Yang menarik, ini bukan kali pertama pejabat Amerika Serikat secara tidak sengaja mengungkapkan penilaian yang jujur soal ‘Israel’. Pada 2024, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS saat itu, Matthew Miller, menyatakan bahwa “Israel berhak menargetkan warga sipil,” sebelum kemudian menarik kembali pernyataannya. Dalam insiden lain, mantan duta besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, juga sempat menyebut ‘Israel’ sebagai “kekuatan pendudukan yang harus dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan perangnya,” sebelum buru-buru mengganti ucapannya.
Serangkaian “kesalahan” ini menimbulkan dugaan bahwa beberapa pejabat AS sebenarnya menyimpan keraguan pribadi terhadap ‘Israel’, terutama di tengah genosida terbuka di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 185.000 warga Palestina.
Baru-baru ini, Matthew Miller kembali membuat kejutan dalam wawancara dengan Sky News, di mana ia menyatakan: “Saya tak punya keraguan bahwa Israel telah melakukan kejahatan perang di Gaza.” Pernyataan ini berlawanan total dengan sikap resminya semasa masih menjabat juru bicara pemerintah.
Slip lidah, menurut Sigmund Freud, bukan kebetulan. Ia adalah bayangan dari pikiran bawah sadar yang menyelinap keluar saat pengendalian goyah. Dan dalam kasus para pejabat Amerika, mungkin yang terpeleset bukan hanya lidah, tapi juga topeng kemunafikan diplomatik yang selama ini menyembunyikan penilaian mereka yang sebenarnya terhadap kekerasan dan kejahatan yang dilakukan ‘Israel’, seperti dalam kasus Dorothy Shea.
Sebagaimana seorang netizen menulis: “Jika satu-satunya saat pejabat Amerika berkata jujur adalah ketika mereka tergelincir ucap, maka mungkin kita memang perlu lebih sering memperhatikan kesalahan mereka daripada pernyataan resminya.” (zarahamala/arrahmah.id)