WASHINGTON (Arrahmah.id) – Agama Islam tercatat sebagai kelompok agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam satu dekade terakhir, menurut laporan terbaru Pew Research Center. Antara 2010 hingga 2020, jumlah umat Muslim bertambah sekitar 347 juta jiwa, lebih banyak dibandingkan gabungan pertumbuhan semua agama lainnya. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh faktor demografis alami seperti tingkat kelahiran yang tinggi dan usia rata-rata yang lebih muda, bukan karena gelombang konversi.
“Sebagian besar perubahan jumlah umat Islam berasal dari kelahiran, bukan dari perpindahan masuk atau keluar dari agama,” tulis laporan Pew yang menganalisis data dari 2.700 sumber di 201 negara.
Sementara itu, populasi Kristen global justru mengalami penurunan sebesar 1,8 persen dalam periode yang sama. Meskipun masih menjadi agama terbesar di dunia dan mayoritas di 60 persen negara yang diteliti, jumlah umat Kristen menyusut signifikan di berbagai wilayah: 8,8 persen di Eropa, 10,8 persen di Amerika Utara, dan bahkan 31,2 persen di Afrika Sub-Sahara.
Pew juga mencatat bahwa untuk setiap satu orang dewasa yang masuk ke agama Kristen, ada tiga orang yang keluar, tren yang juga terlihat pada agama Buddha dan Hindu.
Pertumbuhan umat Islam paling mencolok terjadi di negara-negara mayoritas Muslim seperti Benin, Lebanon, dan Kazakhstan. Namun, beberapa negara seperti Oman dan Tanzania justru mengalami penurunan populasi Muslim.
Menariknya, Islam menjadi satu-satunya agama dalam studi tersebut yang mencatat lebih banyak orang dewasa yang masuk daripada yang keluar. Pew bahkan memproyeksikan bahwa jika tren ini berlanjut, Islam dapat menjadi agama terbesar di dunia pada 2075.
Di tengah tren ini, kekhawatiran mulai muncul di berbagai negara Barat. Lonjakan populasi Muslim kerap dipolitisasi dan disorot dalam wacana nasionalisme dan kebijakan imigrasi, terutama di Eropa dan Amerika Utara.
Beberapa kelompok konservatif melihat pertumbuhan ini sebagai ancaman terhadap identitas budaya dan religius mereka, yang mendorong munculnya retorika anti-imigran dan Islamofobia.
Di sisi lain, para analis memperingatkan bahwa respons yang didorong oleh ketakutan hanya akan memperdalam polarisasi sosial dan mengabaikan kenyataan bahwa pertumbuhan Islam, sebagaimana temuan Pew, adalah fenomena demografis yang alami, bukan hasil dari agenda politik atau ideologis. (zarahamala/arrahmah.id)